CERPEN: AMPLOP BUAT AYAH

Amplop Buat Ayah
Cerpen Sri Al Hidayati

Di sebuah kota bernama Negeri Damai, seorang Ayah bekerja dengan jujur dan penuh tanggung jawab. Ia ditempatkan di bagian pemerintahan mengurusi anggaran pemerintah. Sudah beberapa hari Ayah berpamitan pada keluarga.

Dani pulang sekolah. Dirinya merasakan hal yang luar biasa. Ia merasakan kesal luar biasa karena dirinya dicaci maki oleh teman-temannya karena Ayahnya dikabarkan telah menerima amplop.

Dani sungguh kesal. “Amplop seperti apa sampai ayahnya disebut korupsi?! Semua orang juga sudah pernah melihat amplop.” Dani bergumam pada dirinya sendiri. Akhirnya di rumah, saat pintu rumah telah dibuka oleh Bibi Rian, Dani yang masih duduk di kelas 6 SD itu duduk di kursi tamu dengan wajah cemberut.

Makanan siang yang telah disiapkan oleh Bibi Rian tidak membuat Dani merasa tenang. Saat akan makan pada suapan pertama, Bunda datang sambil menggandeng Asiah.

"Bunda, Ayah dimana?" Dani berucap seperti berkumur karena di dalam mulutnya ada makanan.

"Ayahmu kan kerja. Pulang sore, sayang. Ada apa?"

"Bunda, Dani dengar Ayah korupsi…" ucap Dani menghentikan makannya.


"Astaghfirullah...." Ibu terkejut, "Tidak Dani.  Apa yang kamu katakan?"

"Teman-teman Dani mengatakan hal itu. Dani akan pergi kalau begitu!" ucap Dani.

Cindy seakan mengerti ucapan kakaknya tersebut. Cindy yang sudah membawa mainan dan akan berniat bermain bersama kakaknya tersebut langsung menghamburkan mainannya. Menangis.

Bunda mengambil handphone di atas meja, dan memencet telepon. Tak berapa lama Bunda dan seseorang berbicara cukup lama. Dani berusaha menenangkan Cindy karena ia merasa itu adalah karena kesalahannya. Dani menengok ke belakang berharap yang di telepon Bunda adalah sang Ayah.

Dani ingin berbicara banyak hal pada Ayahnya. Bunda pun memberikan telepon kepada Dani. Dani bercerita sambil menyeka air mata yang hampir menetes. Ayah berusaha meyakinkan Dani kalau itu fitnah. Meski begitu Dani merasa sangat sedih karena berita itu cepat tersebar.
*
Dani tak berhenti melihat bundanya menangis. Bunda khawatir kepada Ayah. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, agaknya menusuk terasa sangat menyakitkan.

Bunda yakin, suaminya tidak pernah menyentuh uang yang bukan haknya. Biar orang lain melihat pekerjaan suaminya tidak mengalami progress—dapat membeli mobil misalnya, toh semuanya tidak akan jauh berubah sejauh bersyukur atas nikmat yang Allah Swt berikan.

Ayahnya dijebak. Begini ceritanya. Ayah Dani membawa amplop. Kata bosnya itu karena kerja kerasnya selama ini. Namun hingga kabar terbaru bahwa bosnya telah menyalip uang, Ayah Dani lantas tidak pernah berhenti memikirkannya.

Beruntung Bunda Dani tidak pernah menyentuhnya sedikit pun, lantas dengan penuh syukur Ayah Dani bercerita tentang ihwal sebenarnya, dan amplop tersebut dikembalikan kepada kantor.

Mutiara tidak akan pernah berubah menjadi lumpur bila di sekitarnya seperti itu. Bunda dan Ayah selalu mengingatkan bahwa ada Allah Swt yang akan selalu melihat segala amal perbuatan.

"BRAK!"

Tak berapa lama gebrakan pintu di depan rumah membuat semua orang terkaget. Cindy langsung menghambur kepada Ibunya. Dani terkaget.

"Kami ingin memeriksa seluruh ruangan di rumah ini!" ucap polisi.
Tanpa menunggu persetujuan tuan rumah, para polisi menyebar ke seluruh ruangan. Di rumah tersebut, Bibi Rian dan Pak Tono, ketua RT sudah ada. Pak Tono setelah pagi sudah ke rumah keluarga Dani, siang itu kembali ke rumah keluarga Dani.

Tidak berapa lama, 5 menit kemudian mereka mengatakan bahwa salah satu dari mereka telah menemukan sabu-sabu di rumah keluarga Dani. Dani menggelengkan kepala dan tidak tahu harus berkata apa lagi. Pak Tono menengahi dan memperkenalkan dirinya sebagai ketua RT.

"Sebelum kalian ke rumah ini, saya, Ibu Dani dan Bibi Rian telah memeriksa seluruh ruangan, dan tidak ada barang semacam itu di sudut ruang manapun."
Kata-kata Pak RT membuat lega keluarga Dani. Apa yang dikatakan Ayah di ujung telepon kemarin benar, "Ini adalah sebuah rencana jahat kepada Ayah!"
*
Senyap dingin memberikan rasa beku kepada tiap orang. Dani merasa lebih baik sekarang. Apa yang telah dilakukan Pak RT sepenuhnya adalah totalitas yang benar.

Seluruh televisi menayangkan berita Ayah Dani yang diduga terlibat dengan perkara korupsi. Masalah yang akan diperkarakan di pengadilan tentu membuat hati Bunda menjadi sakit. Apa kata teman, saudara, sahabat dan teman-teman si kecil?

Sehabis sholat, Bunda Dani tampak khusyuk dalam doanya. Ia teringat dengan suaminya yang mengatakan bahwa, “Setiap kesulitan tentu ada kemudahan….”

Pesan singkat dari sahabat dan teman, sedikit banyak telah menguatkan Bunda. “Kitalah yang harus memberikan dorongan semangat kepada Ayah. Jangan sampai ia bersedih melihat kita, Dani” ucap Bunda pada Dani.

“Tentu saja, Bunda” Dani menganggukkan kepala.
Hari yang ditunggu tiba. Di pengadilan banyak wartawan yang membawa kamera, handycam atau mic untuk mengabarkan berita tersebut. Jepretan kamera dan berbagai pertanyaan turut dikirimkan kepada Bunda. Dani yang mengerti dengan hal tersebut menjaga Asiah. Cindy semakin memeluk boneka Teddy Bear-nya dengan erat.

Adzan ashar berkumandang, Dani bergegas ke Masjid. Ia menengadah tangan memohon ampunan kepada Ilahi Rabbi, sambil tak henti matanya meneteskan butir air mata. “Ya Allah, berikanlah ketabahan kepada ayahku….” Suara Dani seperti timbul tenggelam karena tangis.

Tiba-tiba Dani merasa semuanya berkelebat berkilauan dan putih. Dalam hati, Dani berazam masalah Ayahnya segera selesai. Terutama fitnah itu, nama Ayah dapat bersih kembali. []

Bandung, 13 Desember 2011
*cerpen ini dalam event Training dan Workshop Penulisan Buku Bacaan Anak Anti Korupsi.:)

No comments