REGENERASI ROHIS


Semula merasa amat sayang untuk akhirnya bisa mempercayakan pada adik di Rohis, membangun rohis sendiri. Tapi tetap harus tsiqah. Kalau tidak begitu, bagaimana bisa regenerasi? Iya juga, akhirnya dengan berat hati harus mulai sedikit-sedikit meninggalkan Dakwah Sekolah. Sedikit? Meski akhirnya tidak bisa. Dakwah Sekolah sudah panggilan jiwa.

Kesibukan diantara aktivitas-aktivitas lain sudah semakin menjadi-jadi. Harus ada salahsatu yang dilonggarkan. Agar bisa tetap fokus dan seimbang antara kuliah dan di rumah sebagai seorang anak sekaligus sebagai seorang kakak.

Sudah menjadi sunatullah saat kita sudah pergi, akan ada yang menggantikan dan mudah-mudahan ada. Terasa repot bila sudah cukup lama membangun sekolah, tapi hasilnya tidak terlalu merata. “Kalau begitu kemana saja setahun, dua tahun kaderisasi kemarin?,” teringat salah seorang kawan nyeletuk bertanya.



Meski sudah berusaha semaksimal mungkin, ada-ada saja faktor eks yang menyebabkan akhirnya orang-orang meninggalkan dakwah di sekolah. Akhirnya yang turun kembali masih loe lagi-loe lagi. Disitulah benar-benar teruji loyalitasnya.

Alhamdulillah inilah waktu yang dinantikan. Saat melihat satu persatu bisa melihat adik Rohis di sekolah tumbuh. Mungkin benar jadinya, jangan terlalu turun ke Ikrema, nanti mereka bisa terlalu manja. Boleh saja turun, dalam tataran membimbing agar kaderisasi bisa tetap berjalan dan lebih mantap. Insya Allah monitoring dan evaluasi mesti diadakan.

Tapi teman saya yang berkata “Kalau begitu kemana saja setahun, dua tahun kaderisasi kemarin?,” setelah dua tahun bertemu kembali, ia mengatakan bahwa sekarang tidak ada yang mengurus dakwah thulabi lagi di sekolahnya. Nah, kan, pentingnya regenerasi, atau tetap berada disana (care, peduli, dst).

No comments