HUTAN DAN KABUT ASAP


Pada suatu pagi, hari masih sejuk oleh udara yang menyelimuti Bandung. Di sebagian titik, hiruk pikuk jalanan kota menandakan perekonomian sedang berjalan. Manusianya telah beraktivitas sebagaimana biasa. Ada yang perlu disyukuri karena hujan kemarin sore telah membasahi Bandung, kabar beberapa pohon telah tumbang, dan beberapa mobil rusak. namun rasa syukur kepada Allah Swt. karena telah diberi nikmat menghirup udara segar dan kesehatan yang berharga.


Di kota lain, beberapa titik kabut asap menghantui kota-kota besar. Kota berkabut yang asapnya menakutkan karena luas kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan bertambah.

Banyak korban asap yang akhirnya harus mengalami sesak nafas (ISPA). Aktivitas seperti sekolah akhirnya terpaksa diliburkan. Seandainya bisa, mungkin mereka bisa saja pindah bermigrasi ke suatu kota. Namun bukan itu yang mereka harapkan. Mereka telah mencintai kotanya seperti mencintai diri mereka sendiri. Yang mereka inginkan adalah pahlawan yang mampu mengatasi masalah mereka.

Setiap memejamkan mata, hati mereka menjerit, menangis karena kekecewaan yang mereka dapat. Berharap kepada manusia memang terkadang selalu menimbulkan kekecewaan. Doa setiap ujung shalat adalah harapan mereka yang paling besar.

Dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram. Mereka pasrah dan menjalani skenario dari Allah Swt.

Kerusakan yang dilakukan sebagian kecil orang dan berdampak hingga timbul kabut asap adalah kedzaliman yang nyata. Pemerintah sebagai pihak yang diamanahkan kepada mereka sebaiknya telah melakukan tindakan nyata untuk mengurangi bahaya kabut asap. Banyak titik yang mesti harus dipadamkan apinya.

Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Williem Rampangilei mengakui tak ada kemajuan signifikan dalam upaya memadamkan api kebakaran hutan. Ia menyebutkan empat penyebab lambannya pemadaman.

  1. Wilayah yang terbakar sangat luas.
  2. Kebakaran terjadi di lahan gambut.
  3. Kekeringan membuat api semakin sulit dipadamkan.
  4. Titik-titik api sulit dijangkau karena keterbatasan akses.


Untuk benar-benar memadamkan api, dibutuhkan hujan, baik itu alami maupun buatan. TNI diminta mengerahkan personel untuk membantu pemadaman dan menjaga daerah agar tidak dibakar, sedangkan Polri meningkatkan penegakan hukum bersama PPNS. Pemadaman di darat oleh BPBD, Manggala Agni, TNI, Polri, MPA dilakukan terus.


Hujan adalah anugerah dari Allah Swt. Sudah hampir sebulan lebih kasus kabut asap menimpa saudara kita di Riau, Sumatera dan Kalimantan. Semoga masalah ini segera selesai dan kita dapat mengambil hikmah dari kejadian ini. Semoga Allah Swt. memberikan curahan rahmat-Nya lewat hujan untuk negeri ini, terutama sekali untuk Riau, Sumatera, Kalimantan, dan negara tetangga yang terkena asapnya. Semoga curahan rahmat berlimpah untuk kita semua. Aamiin ya Rabb.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Save Hutan Indonesia Blogger Muslimah

sumber bacaan:
http://www.tempo.co/read/fokus/2015/09/16/3253/kabut-asap-ini-4-penyebab-lambannya-pemadaman-kebakaran-hutan

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/09/04/nu5q87284-atasi-kabut-asap-bnpb-diminta-teruskan-hujan-buatan

6 comments

  1. gak kebayang kalo bandung ikutan berkabut asap.. hikssss

    ReplyDelete
  2. Do'a adlh senjata ampuh ketika semua upaya telah dikerahkan... :) pray for riau jambi kalimantan sumsel

    ReplyDelete
  3. Raha juga kena dampak... Padahal agak jauh. Sulawesi tenggara....
    Ini event nya dah selesai yah?

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah sekarang mah udah ujan yaa teh ^^

    www.amyzet.com

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah akhirnya Allah kirimkan hujan. Semoga masalah ini cepat teratasi

    ReplyDelete