1 TAHUN RESIGN BEKERJA



Tak terasa sudah satu tahun resmi tidak bekerja di kantor, dan cukup masih banyak penyesuaian yang saya lakukan setelah berhenti bekerja karena sebelumnya pernah merasa atau memiliki gaji yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan saat memutuskan berhenti bekerja, berarti mesti mengatur satu-satunya pemasukan dari suami.

Sebenarnya meski sudah setahun lewat, masih bingung karena pos-pos seharusnya tidak sesempurna dulu. Sekarang terkadang menikmati kepusingan menyesuaikan kebutuhan dan keinginan. Tapi syukur Alhamdulillah, bersyukur adalah satu-satunya jalan dan ikhlas menerima segala ketentuan dari Allah Swt.

Berikut pengalaman yang saya bisa bagikan setelah resign:

1. Membuat buku cash flow keuangan Rumah Tangga
Selama dua tahun berumah tangga, biasanya untuk sehari-hari uang keluar masuk tanpa pencatatan, dan hal tersebut menjadikan lama-lama tak terkontrol, dan belum tahu tentang gambaran umum berapa kira-kira jumlah pengeluaran dalam sebulan

Alhamdulillah hampir setahun ke belakang ini belajar banyak tentang Financial Planning, sehingga lebih terkontrol uang yang keluar dan masuk. Hal ini banyak berguna terutama bagi ibu-ibu yang sering tidak menempatkan yang prioritas dibelanjakan, dan sebagainya, sehingga jadi mencoba menahan diri untuk yang kurang penting atau berlebihan, misalnya budget saat makan di luar, dan mencoba berbagai menu yang baru dan murah di kantong atau isi dompet, hehe.



2. Quality time bersama anak lebih sering 
Pernah ikut seminar Bunda Elly Risman menyatakan bahwa bagi orang tua yang memiliki anak di rumah, penting salah satunya (misal Ayah bekerja, Ibu di rumah, atau sebaliknya menjaga anak) secara full di rumah mengasuh dan melihat tumbuh kembangnya dari usia 0-8 tahun. Selain anak akan melihat kebiasaan orang tua terkait ibadah, maupun mendapatkan teladan dari orang tua langsung.

Hal tersebut menjadi kekuatan bagi saya akhirnya untuk bisa mencurahkan perhatian kepada anak.

Dalam melalui masa-masa itu, perlu tenaga ekstra SABAR menghadapi balita saya. Bagi yang terbiasa bekerja, kemudian mengasuh anak, mungkin terasa jetlag (seperti saya), namun cara lain daripada mengeluh adalah menikmati masa-masa itu karena masa anak-anak begitu cepat rasanya. Aisyah yang dua tahun lalu baru lahir, kini sudah bisa berjalan, berlari dan bilang “Gak Mau!” terus lari.

Selain itu bisa sudah pintar manggil orang disekitarnya seperti nama Ummi, Abi, Aa, Nenek, Kakek, ataupun teman sebayanya. Kalau Aisyah pintar sekali manggil “Yayaaah…”

Selain itu bisa bilang “Mama.. Mimik.. Mamaa.. Mimik..” dan menyebutkan banyak nama binatang dan bebunyiannya, seperti kucing, ayam, bebek, kodok, burung, sapi, kuda, ikan, gajah dan lain sebagainya.

Quality time bersama anak menjadi lebih sering mengharuskan kita memiliki waktu khusus setelah beraktivitas domestik yang kalau dipikir-pikir tiada habisnya (#eaaaa..) hehe.. Penting ikut bermain bersama anak misal dari jam 8-10 pagi secara kontinue misal membaca buku, mengajaknya bernyanyi, dan mengajarkan tauhid sejak dini, misalnya mengenalkan bahwa pencipta Alam dan seisinya adalah Allah Swt.

Kesabaran bagi seorang ibu adalah poin penting yang mesti selalu diasah dengan refreshing di akhir pekan, misalnya dengan memasak yang simple, atau bermain dengan Kakek Neneknya sehingga anak menjadi tidak bosan dan bagi seorang Ibu bisa bernafas lega sejenak, hehe..

Tapi tentu kerewelan anak tak menjadikan kita ikut rungsing. Kadang tak bisa ditebak anak rewel karena apa. Kadang sudah kenyang, lalu rewel tapi tak bisa tidur. Atau misal ketika dia sudah mau tidur, lalu tiba-tiba ada tamu datang.  Hadeuuuh.. hehe.. atau saat kita sedang menjemur pakaian, anak sedang bermain air kran dan basah semuanya. Sabar.. sabar.. sabar.. hehe..

Ibu harus memiliki segudang kesabaran karena melihat anak sehat dan ceria sudah terbayarkan rasa lelah seorang Ibu. pernah dengar kan istilah, “Di balik anak yang sudah cantik siap jalan jalan, di belakangnya ada ibunya sudah kelelahan..”, atau kalimat yang serupa.

3. Jadi bisa masak yang simple simple
Ini yang cukup lumayan, setelah keluar kantor, saya bisa fokus belajar masak. Bukan menu yang langsung sulit sih, tapi menu-menu dasar dan yang mudah dulu/ karena masih awam banget. Alhamdulillah jadi nambah pengetahuan memasak sedikit-sedikit. Istilahnya tiada hari tanpa memasak di dapur. Terlebih memiliki adik ipar yang super jago masak membuat saya tak malu belajar masak darinya.

4. Fokus Menulis 
Setelah menjadi Ibu Rumah Tangga full di rumah, saya bisa melanjutkan hobi saya.
Namun menulis tidak menjadi kewajiban. Hanya mengisi waktu luang. Senangnya bisa fokus juga menulis di blog. Tulisan saya banyak di share disana. Masih mencari tau gimana caranya dapat uang dari blog. Boleh yang tau untuk share ke saya, hehe..

5. Fokus Menghafal dan Membina 
Senangnya saat suami mensupport dakwah saya seperti membina dan mensupport saya untuk terus menghafal Al Quran. Saya sadar setelah pernah bekerja di penerbitan Al Quran, hal tersebut memberikan kecintaan yang besar saya terhadap Al Quran.

Setelah setahun resign dari  kantor, saya memutuskan mencari lembaga Quran yang cocok dengan saya. Sebelumnya di S*gma bekerjasama dengan Pondok Quran, hampir dua tahun cukup terbiasa menghafal Quran setoran kepada tetehnya setiap Jumat. Kadang di sela waktu itu setorannya seminggu cuma nambah seayat dua ayat, duh malu.

Baca juga: PERSIAPAN RESIGN DARI KANTOR

Namun hal tersebut membuat saya menyayangkan kalau berhenti menghafal. Terutama keutamaan menghafal Quran begitu besar derajatnya di sisi Allah Swt.

Saya meneruskan menghafal selama setahun terakhir di Masjid Salman ITB. Alhamdulillah disini bisa setoran sama tetehnya. Kalau berhalangan karena ada agenda atau yang lainnya saya biasanya menyetorkan lewat voice WA. Alhamdulillah selama setahun terakhir bisa menambah hafalan dan menggunakannya saat shalat. Semoga akhirnya bisa hafizh sampai 30 juz Al Quran. Dibutuhkan kesabaran dan kekonsistenan. Aamiin

busui masih gendut hehe

Yang dikangenin dari kantor:
- Pengajian mingguan atulaah kangen hehe, sehingga sekarang sering mencari-cari ilmu wawasan keislaman lewat audio maupun yang lainnya. 

Yang menjadi PR bagi saya dan mungkin bagi ibu-ibu pada umumnya: 
(1) Membiarkan anak di bawah 3 tahun sudah mengenal hp dan mereka anteng di depan hp tanpa tahu akibat ke depannya.
*Alhamdulillah Aisyah ngga terlalu addict dengan barang yang satu ini*
(2) Membiarkan anak anteng di depan televisi berjam-jam tanpa perhatian orang tua, yang penting sang anak diam.
*Jangan sampe*
(3) Orang tua sibuk dengan hp nya sendiri.
*Ya Allah, jangan sampe hheuhheu*
(4) Orang tua sibuk dengan pekerjaannya.
*Hmmpph semangat ibu ibu*
(5) Usia 3 tahun anak masih asi/ ngendot, sampai giginya habis. Selain itu, masih pake pampers di usia 2,5 tahun ke atas.
*Alhamdulillah udah mau lulus ASI, semangat penyapihan.. sama sukses toilet trainingnya usia 2 tahun*
(6) Terhambat dalam bahasa/ belum bisa bicara (tumbuh kembang anak tidak berjalan sebagaimana mestinya).
*Alhamdulillah Aisyah sudah banyak kosakatanya*
(7) Terhambat dalam konsentrasi dan selalu melamun karena selalu di kasih hp/ televisi.

Semangat untuk semua para Ibu. Karena era gadget sudah pasti kita  harus sering memperkenalkan anak pada buku.. Semangat! :)

No comments