WANITA GAZA PALESTINA MENTARBIYAH ANAK-ANAKNYA

Dampak perang yang terjadi di Palestina adalah banyaknya tawanan mencapai puluhan ribu orang, diantaranya terdapat anak-anak dan perempuan (450 orang), 600 pegawai (600 orang),  menteri (5 orang). Perempuan yang menjaga Masjidil Aqsa ditembak di tempat. Mengapa perempuan yang menjaga Masjidil Aqsa? Karena laki-laki kebanyakan telah dipenjara. Tawanan pun vonisnya mencapai 100-200 tahun.
Jika Penduduk Palestina ada yang meninggal di penjara Israel, mereka tidak dikubur. Dan dipenjara sana tidak mengenal kata istirahat; disiksa, makanan sudah basi. 





Sering jika tak menemukan makanan, mereka makan Kaktus. Terlebih dulu dibuang durinya dan makan bagian dalamnya. Jika tidak ada lagi, rumput di sekitarnya dijadikan makanan. 
Dari wilayah Palestina saat ini yang tersisa hanya 2 jalur yakni Gaza dan Tepi Barat mereka adalah penduduk asil, dan tidak bisa keluar. 


Pada 21/9/2016 lalu saya menghadiri Al Quds Parenting yang diadakan oleh Salimah kota Bandung di Masjid As Siraj Cipadung. Acara dimulai dengan penjelasan program Al Quds Palestina seputar Al Quds Palestina menghadirkan narasumber dongeng untuk Palestina pesertanya TK, SD, SMP, SMA, kuliah. Pelatihan dongeng-dongeng untuk guru, dan penjelasan mengenai dampak Perang.

Acara diisi oleh mbak Maimun Herawati, S.Sos, M. Litt. Dan seorang Syekh dari kota Gaza, bernama Muhammad Pejabat di Kementrian Komunikasi/dirjen, ditemani oleh penterjemah.

Salah satu keadaan umum bagi penduduk Palestina adalah anak-anak yang tumbuh dalam keadaan kehilangan anggota keluarganya. Anak lahir, ayah tak ada. Ayah tertawan atau ada yang sudah meninggal. Atau masih utuh tapi kadang-kadang tetap pada bayang-bayang ada saudara yang meninggal. Mereka dilingkupi oleh konflik, peperangan, penawanan, penangkapan, dan pengusiran.

Ustadz ini memilik adik laki-laki yang baru menikah 1,5 tahun, adiknya meninggal pada perang Furqan, meninggalkan istri yang sedang hamil, dan ketika anaknya lahir dan besar, bertanya, “Dimanakah Abi? Dimanakah Ayah?” maka dijawab, “Ayahmu sudah di dalam Surga.”

Wanita Gaza Mentarbiyah Anak-anaknya:
1. Anak-anak ditumbuhkan dengan Tarbiyah Jihad
Begitu lahir, anak dikenalkan dengan jihad. Kemudian diberikan penjelasan “Bahwa kalian telah lahir di tanah Palestina. Kalian adalah anak-anak yang dipilih oleh Allah Swt. yang siap berjihad di jalan Allah Swt.” Maka Tarbiyah Jihad dimiliki oleh mereka sebagai penguat mereka untuk menghadapi problem kedzaliman, kesengsaraan, kedukaan.


2. Memperkenalkan dengan Al Quran 
Musim panas di Timur Tengah, liburan dimanfaatkan untuk memasukkan anak-anak ke kamp Al Quran dalam 60-90 hari seusia SD hafal Al Quran 30 juz. 1 musim panas meluluskan 20.000 orang. Madrasah Gaza sudah berlangsung selama 8 tahun.  100.000 orang setelah menghafal Quran, setelah ke masjid murajaah. Tahun depan mukhoyyam lagi untuk Tafsir Al Quran. Di atas 12 tahun, mereka dikenalkan dengan Tarbiyah Jasadiyah. Iltizam, bagaimana merayap, meloncati api, berani fisik, berani mental, sabar menghadapi Israel.
“Kalau ingin berjuang bersama kami, hafalkan Al Quran.” –dari tanah Palestina untuk Indonesia.
“Pada saat separuh tubuh kami telah lumpuh, masih ada separuh tubuh kami dan dengan ini kami akan membebaskan Palestina!” Allahu Akbar.

3. Berkenalan dengan Sirah Nabawiyah 
Anak-anak Palestina belajar dari Nabi Muhammad yang melewati masa beratnya ketika berjihad melawan kaum kafir.

4. Shalat di Masjid sejak Shubuh 
“Tidak mungkin tarbiyah yang baik kepada anak, tanpa mendekatkan anak ke Masjid. Terutama shubuh. Menguatkan aqidah dan akhlak.”
Membiasakan anak-anak seusia SD untuk shalat tepat waktu, dan ada program jika bertahan shalat tepat waktu selama 40 hari, maka anak-anak akan mendapatkan hadiah. Sebuah reward yang amat baik dan bisa ditiru. Meski hadiahnya tak seberapa, bagi anak Palestina yang terbiasa kesulitan, hal tersebut membuat mereka gembira.

Baca juga: REVIEW SEMINAR: SEMAI 2045 (SELAMATKAN GENERASI EMAS INDONESIA)

Negara di sekitar Palestina ada Mesir, Yordania, Libanon, dan Syiria.
Faktanya:
tembok rasial 
Tembok Rasial dibangun oleh Israel tinggi 8 meter. 10 meter ke bawah. Tebal tembok 1-2 meter. Panjang tembok 750 km2. Untuk mengusir penduduk Palestina dari rumahnya, tentara masuk ke rumah penduduk Palestina dan minum-minum. Karena tidak betah, penduduk Palestina keluar. Rumahnya kosong baru dibuldozer. Selanjutnya dibangunlah rumah-rumah Yahudi atau pemukiman Yahudi. 
  • Palestina adalah Satu-satunya Negara di dunia yang dijajah oleh tentara.
  • Palestina adalah Satu-satunya Negara pengungsi. 12 juta hampir 7 juta mengungsi mereka terusir ke Syiria. Disini juga diperangi. Di luar negeri mereka seperti orang asing.
  • Palestina adalah Satu-satunya Negara di dunia yang diisolasi, 
  • Satu-satunya Negara yang dikepung secara militer, Satu-satunya tanah suci ketiga setelah Mekkah dan Madinah. Terdapat dua masjid, ada Masjidil Aqsa hubatus shafro dan qibti.  Setiap nabi pernah turun ke Palestine. Isra dan Mi’raj disana. Di bawah kuning ada batu. Batu diinjak oleh nabi sebelum ke Shidrotul Muntaha. Saat ini, Masjidil Aqsa sebagian untuk ibadah mereka dan kita.

Pemaparan Mbak Imun, nama panggilan Muthmainnah dimulai dengan pertanyaan, “Siapa nama panglima perang yang usianya 17 tahun? Menyuruh dicintai dari yang dicinta, diminta Rasul untuk membebaskan Palestina. Siapakah dia?

Peserta yang mayoritas adalah ibu-ibu mengatakan kebanyakan Ali bin Abi Thalib, ada juga yang mengatakan Muhammad Al Fatih. Sayang kurang tepat karena jawabannya adalah Zaid bin Haritsah. Mbak Imun meminta kami agar banyak lagi membaca Sirah karena mencintai Sirah berarti belajar sejarah Islam juga.

Zaid bin Haritsah adalah pembantu Rasulullah saw. dulunya, kemudian dijadikan anak angkat. Anak seusia 17 tahun bisa disuruh memimpin seperti Umar bin Khathab. Masya Allah.
“Jika ditanya Pemuda yang gagah berani, adanya ya di Palestina.” Jelas Mbak Imun.

BACA JUGA: Resensi Buku Nyala Semesta Farah Qoonita 

5. Belajar dari Al Khansa Ibu yang mengantarkan anaknya berjihad. Khansa mengantarkan anak-anaknya berjihad keempat anaknya menjadi syahid. Nah, kalau sekarang bagi seorang Ibu ketika anaknya pergi dakwah (tempat rohis) kita suka susah mengizinkan. Maka belajarlah dari Khansa yang merelakan anaknya untuk pergi berjihad.

6. Belajar dari Syekh Ahmad Yassin. Syekh Ahmad Yassin beliau lumpuh tapi hafal Quran. Beliau meninggal saat pulang shalat Shubuh. Beliau mendambakan syahid, dan beliau memang mati dalam keadaan syahid. Ada perasaan sedih, tapi beliau telah syahid, seharusnya kita merelakannya.

7. Belajar dari Abdullah Rantisi. Rantisi menjemput syahidnya dengan diserang oleh pesawat Apache. Jauh jauh Rantisi pernah mengatakan, “Bahwa semua orang pasti mati dan saya ingin syahid dengan pesawat Apache.” Allah Swt. mengabulkan doanya. Itu tanggal 17 April 2004.
Hal ini terjadi ketika zaman Rasulullah saw. kisah Badui yang masuk Islam kemudian dikasih ghanimah. Seusai perang, panah menancap di lehernya. Allah Swt. mengabulkan keinginannya untuk syahid dengan panah menancap di lehernya. Subhanallah.

8. Tidak memfasilitasi dengan gadget  
Dosen Unpad Jurnalistik ini mengaku tidak memiliki TV di rumah. Dari bangun tidur sudah disuguhi oleh acara gosip yang banyak mudharatnya (baca: ghibah), padahal ghibah itu seperti memakan daging saudara kita sendiri. Naudzubillah. Selain itu tidak memberi smartphone kepada anak-anaknya karena Mba Imun khawatir hal tersebut akan mengurangi potensi anak-anaknya menjadi muslim yang utuh.

Saat ini, Video game kalo levelnya menang akan ditunjukkan konten porno. Maka hati-hati jika anak sudah mengurung diri di kamar, minta kuota internet yang banyak, menarik diri, jarang ngobrol dengan kita, tidur sampai larut malam. Amankan YouTube > setting > umum. Tandanya restricted/ biru insyaAllah aman.

No comments