Kelas Matrikulasi Batch#4 Materi 3 Membangun Peradaban dari Dalam Rumah

“Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya ”

Bunda, rumah kita adalah pondasi sebuah bangunan peradaban, dimana kita berdua bersama suami, diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak-anak kita. Oleh karena itu sebagai orang yang terpilih dan dipercaya oleh yang Maha Memberi Amanah, sudah selayaknya kita jalankan dengan sungguh-sungguh.

Maka tugas utama kita sebagai pembangun peradaban adalah mendidik anak-anak sesuai dengan kehendakNya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita. Sang Maha Pencipta menghadirkan kita di muka bumi ini sudah dilengkapi dengan “ misi spesifiknya ”, tugas kita memahami kehendakNya.

Kemudian ketika kita dipertemukan dengan pasangan hidup kita untuk membentuk sebuah keluarga, tidak hanya sekedar untuk melanjutkan keturunan, atau hanya sekedar untuk menyempurnakan agama kita. Lebih dari itu, kita bertemu dengan suami dan melahirkan anak-anak, adalah untuk lebih memahami apa sebenarnya “ peran spesifik keluarga” kita di muka bumi ini.

Hal ini yang kadang kita lupakan, meski sudah bertahun-tahun menikah.
Darimana kita harus memulainya?


#PRA NIKAH
Buat anda yang masih dalam taraf memantaskan diri agar mendapatkan partner membangun peradaban keluarga yang cocok, mulailah dengan tahapan-tahapan ini:
  • Bagaimana proses anda dididik oleh orangtua anda dulu?
  • Adakah yang membuat anda bahagia?
  • Adakah yang membuat anda “sakit hati/dendam’ sampai sekarang?
  • Apabila ada, sanggupkah anda memaafkan kesalahan masa lalu orangtua anda, dan kembali mencintai, menghormati beliau dengan tulus?
Kalau empat pertanyaan itu sudah terjawab dengan baik, maka melajulah ke jenjang pernikahan.
Tanyakan ke calon pasangan anda ke empat hal tersebut, minta dia segera menyelesaikannya.
Karena, orang yang belum selesai dengan masa lalunya , akan menyisakan banyak luka ketika mendidik anaknya kelak.

#NIKAH
 Untuk anda yang sudah berkeluarga, ada beberapa panduan untuk memulai membangun peradaban bersama suami anda dengan langkah-langkah sbb:
  • Pertama temukan potensi unik kita dan suami, coba ingat-ingat mengapa dulu anda memilih “dia” menjadi suami anda? Apa yang membuat anda jatuh cinta padanya? Dan apakah sampai hari ini anda masih bangga terhadap suami anda?
  • Kedua, lihat diri kita, apa keunikan positif yang kita miliki? Mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Sampai kita berjodoh dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami kita? Apa pesan rahasia Allah terhadap diri kita di muka bumi ini?
  • Ketiga, lihat anak-anak kita, mereka anak-anak luar biasa. Mengapa rahim kita yang dipilih untuk tempat bertumbuhnya janin anak-anak hebat yang sekarang ada bersama kita? Mengapa kita yang dipercaya untuk menerima amanah anak-anak ini? Punya misi spesifik apa Allah kepada keluarga kita, sehingga menghadirkan anak-anak ini di dalam rumah kita?
  • Keempat, lihat lingkungan dimana kita hidup saat ini. Mengapa kita bisa bertahan hidup dengan kondisi alam dimana tempat kita tinggal saat ini? Mengapa Allah menempatkan keluarga kita disini? Mengapa keluarga kita didekatkan dengan komunitas-komunitas yang berada di sekeliling kita saat ini?
    Empat pertanyaan di atas, apabila terjawab akan membuat anda dan suami memiliki “ misi pernikahan” sehingga membuat kita layak mempertahankan keberadaan keluarga kita di muka bumi ini.
#ORANGTUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)
Buat anda yang saat ini membesarkan anak anda sendirian, ada pertanyaan tambahan yang perlu anda jawab selain ke empat hal tersebut di atas.
  •  Apakah proses berpisahnya anda dengan bapaknya anak-anak menyisakan luka?
  • Kalau ada luka, sanggupkah anda memaafkannya?
  • Apabila yang ada hanya kenangan bahagia, sanggupkah anda mentransfer energi tersebut menjadi energi positif yang bisa menjadi kekuatan anda mendidik anak-anak tanpa kehadiran ayahnya?
Setelah ketiga pertanyaan tambahan di atas terjawab dengan baik, segeralah berkolaborasi dengan komunitas pendidikan yang satu chemistry dengan pola pendidikan anda dan anak-anak.
Karena, IT TAKES A VILLAGE TO RAISE A CHILD. Perlu orang satu kampung untuk mendidik satu orang anak. Berawal dari memahami peran spesifik keluarga kita dalam membangun peradaban, kita akan makin paham apa potensi unik produktif keluarga kita, sehingga kita bisa senantiasa berjalan di jalanNya.
Karena orang yang sudah berjalan di jalanNya, peluanglah yang akan datang menghampiri kita, bukan justru sebaliknya, kita yang terus menerus mengejar uang dan peluang.
Tahap berikutnya nanti kita akan makin paham program dan kurikulum pendidikan semacam apa yang paling cocok untuk anak-anak kita, diselaraskan dengan bakat tiap anak, potensi unik alam sekitar, kearifan lokal dan potensi komunitas di sekitar kita.
Kelak, anda akan membuktikan bahwa antara pekerjaan, berkarya dan mendidik anak, bukanlah sesuatu yang terpisahkan, sehingga harus ada yang dikorbankan. Semuanya akan berjalan beriring selaras dengan harmoni irama kehidupan.  
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
SUMBER BACAAN
 Agus Rifai, Konsep,Sejarah dan Kontribusi keluarga dalam Membangun Peradaban, Jogjakarta, 2013
 Harry Santosa dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2016
 Muhammad Husnil, Melunasi Janji Kemerdekaan, Jakarta, 2015
 Kumpulan artikel, Membangun Peradaban, E-book, tanggal akses 24 Oktober 2016

SESI TANYA JAWAB
Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #2
Waktu: Selasa, 30 Mei 2017
Fasilitator: Wahyu Lissetiarani
Koordinator : Nadya Moeliono

Pertanyaan
Q : (Teh Ayu) Di bagIan pranikah dulu.. pertanyaannya "ketika masih ada perasaan yang mengganjal dengan seseorang dimasa lalu sebaiknya saya harus bersikap bagaimana dan seperti apa? Bukan permasalahan rasa suka, lebih keperasaan mengganjal karena saya merasa telah difitnah.. padahal posisinya waktu itu berpisah baik baik (putus) baru kemudian kembali lagi dengan mantan, yang ternyata jodo saya dan skrg menjadi suami saya.. perasaan ini saya utarakan terhadap suami saya, karena memang saya tidak melakukannya.. tapi tetap ada yang mengganjal dengan tuduhan seperti itu.. huhuhuu

Yang kedua pertanyaannya di bagian Nikah - point 1 mengenai potensi unik & point 2 mengenai keunikan positif.. saya dan suami bertemu, kenal di lingkungan organisasi.. suami sebagai pelatih dan pembina memang dalam berbicara suaranya lantang dan keras (stereo) saya menyadari itu sejak awal saya kenal.. namun setelah menikah rasanya kalau saya sedang down seperti yang disentak, terkadang ke anak pun berbicara seperti orang yang sedang melatih.. saya khawatir kedepannya yang muncul di diri anak anak saya berbicara itu harus dengan suara yang lantang.. khawatir peradaban di keluarga saya berkomunikasi dengan orang lain dengan volume suara yg kencang.. bagaimana mengkomunikasikan hal unik tersebut agar seterusnya menjadi hal positif..

Jawaban:
A : (Teh Wahyu) Teh Ayu sayang😘,
1. Teh Ayu sudah tepat dengan klarifikasi kepada suami (semoga suaminya memahami ya teh😘) kalau untuk teteh menurut saya maafkanlah segala hal2 negatif yg pernah dialami, ikhlaskan dan lupakan😘 Shalat taubat, berdoa, tarik nafas dan istigfar, maafkan semua nya baik diri teteh / orang2 yg pernah memfitnah, yakinkan bahwa itu tidak benar.
 Insya Allah semoga lebih baik ya teh🤗💪🏻

2. Jika teteh sudah paham bahwa suami bersuara tinggi (dalam segala suasana) berikan juga pemahan pada anak2 bahwa ayahnya seperti itu, pahamkan baik buruknya suara tinggi, kapan diperbolehkan berbicara dengan suara tinggi/rendah.😘💪🏻✅

Pertanyaan:
Q : (Teh Edra) Assalamualaikum bu ketua, titip p? Utk materi 3 ya bu.. :
 1. Rmh adalah gerbang dan taman. Di kalimat brktny, rmh adalah pondasi. Spt apa keterkaitannya?
2. Anak dididik ssi kehendakNya, bukan ssi keinginan kita. Bagaimana cr kita mengetahui kehendak Allah thd anak kita spt apa? Krn tiap org pny harapan anakny akan menjadi spt a.,b, c, dll...

Jawaban
A : (Teh Wahyu) Waalaikumsalam. Teh Edra yang baik 😘,
1. Semua berawal dari rumah (keluarga) gerbang untuk anggota keluarga menapaki segala aspek kehidupan alangkah baiknya dalam rumah memiliki pondasi kuat terhadap norma2 yang sesuai dengan syariat karena jika dalam rumah tersebut memiliki pondasi kuat In sya Allah tidak akan mudah tergoyahkan.
2. Mendidik anak sesuai syariat agama atau sesuai Al-Quran,telaah tujuan Allah menciptakan umat nya untuk apa? Apakah harapan kita sudah sesuai dengan tuntunan Al-quran?
 Karena sebaik2 pedoman itu kembali kepada Al-quran.

Pertanyaan
Q : (Teh Herni) Assalamualaikum...Teh miming sya herni mau nitip pertanyaan ya.
 Masa lalu suami tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Bahkan selalu mendapatkan kekerasan fisik ataupun verbal. Sampai saat ini suami blm bisa memafkan ayahnya. Sya takut dng kondisi seperti ini bisa mempengaruhi kondisi keluarga kami saat ini.
 ORANG YANG BELUM SELESAI DENGAN MASA LALUNYA AKAN MENYISAKAN BAYAK LUKA KETIKA MENDIDIK ANAKNYA KELAK. nah statement ini teh yg bikin shock. Alhamdulillah selama ini justru suami yg lebih sabar dlm mengurusi anak. Sya harus gmn ya teh dng kondisi yg seperti ini??

Jawaban
A : (Teh Wahyu) Waalaikumsalam. Teh Herni sayang😘, apakah teteh yakin jika suami belum benar2 memaafkan masa lalunya?
 Jika dibaca dri cerita teteh sikap suami tak ada tanda2 trauma, tetap berprilaku baik dan positif pun dalam mendidik/menghadapi anak2😍
Jika teteh ragu menurut saya sebaiknya bicarakan dan yakinkan suami bahwa suami sudah benar2 memaafkan masa lalunya, agar bisa mendampingi teteh dalam membersamai anak2,diskusikan saat suasana nyaman

Pertanyaan
Q: (Teh Rani).
Mau nitip mengalirkan rasa..hehe (maafkan ya teh klo panjang lebar ✌🏻)
Alhamdulillah saya skr sudah menikah dan dikarunia seorang putri (14 bulan). Sejujurnya masih ada ketakutan2 dalam diri saya dalam proses membesarkan anak sy. Terutama jika teringat kejadian massa lalu yg menimpa sy semasa kecil. Saya sempat mengalami kehilangan sosok ayah dlm hidup saya. Dulu, kalau saya lg kesal seringnya melampiaskan kemarahan ke adik saya 😭😭 dan suka menyalahkan diri sendiri. Astagfirullah. Akhirnya sy lbih banyak diam/memendam semua emosi sendiri dan jd sosok yg pendiam dan gak mau bergantung sama orang lain.

Alhamdulillaah, seiring dengan bertambahnya usia dan pemahaman ilmu agama, sy pun menyadari hal tsb tidak baik. Perlahan Saya mulai berusaha merubah kebiasan tsb. Saya pun sedang berusaha berdamai dengan diri sendiri dan memaafkan kesalahan2 yg terjadi di masa lalu (tp blm total)
Sy gak mau konflik ataupun bekas luka yg saya alami dulu, nantinya bisa terjadi pada anak2 sy (sy takut anak2 akan menjadi sasaran pelampiasan emosi sy, huhu 😭).

Pertanyaannya, bagaimana agar kita benar2 bisa memaafkan dan mengikhlaskan luka2 terdahulu tersebut, sehingga kita bisa membangun peradaban keluarga yg sakinah mawadah warahmah?
Mohon saran dan masukkan dari teteh2 semua.
 Nuhun teteh 🤗😘

Jawaban
A : (Teh Wahyu) Waalaikumsalam. Teh Rani yang baik😘,mau peluk teh Rani dulu🤗🤗🤗
Alhamdulillah teh Rani sudah paham langkah2 agar menjadi lebih baik 😍👍 sdh berusaha berdamai dengan masa lalu dan memaafkannya👍😍 hanya perlu keyakinan dan penguatan.
 In sya Allah dengan teteh terus mendalami ilmu agama akan semakin benar2 bisa mengikhlaskan,memaafkan dan melupakan masa lalu😍
Shalat taubat,berdoa,istigfar dan tarik nafas panjang bayangkan sosok ayah yang dulu pernah hilang,kembali dengan senyum dan memeluk hangat teteh dalam keikhlasan dan penuh doa🤗😍
Teguhkan dalam hati bahwa anak2 teteh yang manis dan baik itu tak berdosa tak ada sangkut paut dengan kesalahan yang pernah terjadi di masa lalu.
 Saya yakin teteh bisa memaafkan masa lalu,mengikhlaskan dan melupakan luka lama, saat ini teteh berada dalam lingkaran orang2 baik dan positif,In sya Allah,smangat teh Ran

Pertanyaan
Q : Teh Vani
Assalamu'alaikum teh ....
Alhamdulillah, saya tidak pernah merasa orang tua saya gagal dalam mendidik saya teh, apapun itu baik buruk nya, mungkin itulah yang terbaik yang mereka lakukan untuk saya dlu...
 Nah ketika skrg saya sudah memiliki anak, saya berusaha memutus hal2 yang tidak baik yang pernah orang tua saya ajarkan ... alhamdulillah, suami juga bgtu. Meskipun tinggal berjauhan sm orangtua saya, ketika dia berada di bandung, dan dekat dengan anak saya, kerap sekali beliau mengomentari cara cara saya mendidik anak saya, contohnya, anak saya yg tidak bisa dilarang lah, yang belum bisa ngomonglah, dll, kadang hal2 begitu yang bikin sakit hati teh, dampak nya saya suka sebel sendiri sm beliau 😩, ujung ujung nya saya jadi keki, mungkin saya ini bukan contoh anak yang baik dan sholeh 😢, di satu sisi lagi saya selalu melihat cara mertua saya mendidik anak2 dan cucu2 nya, yg bikin hati adem, ga banyak komentar, dan banyak memaklumi cara kita para orangtua baru dlm mendidik anak2 nya, disitu kadang saya merasa sedih kok orangtua saya ga bisa yah kaya mertua saya 😔, pdhl saya sendiri tau, setiap orangtua cara didiknya pasti berbeda beda ... nah untuk menghilangkan rasa sakit hati seperti itu apa yang sebaiknya saya benahi teh? Dari dalam diri saya dulu kah? Atau adakah tips2 nya teh agar tetap berlapang dada? Maaf jadi curhat kepanjangan 😩
Panjang banget y ternyata 😱😱😱
Maaf y the

Jawaban:
A : (Teh Wahyu) Waalaikumsalam. Teh Vani sayang😘,Alhamdulillah teh Vani sudah tepat dengan berusaha memutus hal2 yang tidak baik yang pernah teteh dapati dri cara orang tua dalam mendidik anak2nya👍

Untuk orang tua yang kadang ikut campur dan mengoreksi pola asuh teteh kepada anak2 teteh,coba ajak beliau diskusi baik2 beri pemahan tentang pola asuh teteh dan suami,libatkan atau beri bagian kepada beliau pada hal2 yang menurut teteh orang tua teteh itu baik di hal tersebut untuk diterapkan ke anak2 teteh.

Untuk menghilngkan rasa sakit (trauma masa lalu) mungkin teteh bisa mencoba langkah2 yang saya berikan pada jawaban2 pertanyaan teman2 diatas ya teh👆🏻😘,smangat teteh💪🏻😘✅

Pertanyaan
Q : Bismillah. Tth saya mau brtnya. Cm ga usah pake nama yah.
Sy dulu punya trauma ktika kecil sktr kls 2 sd. Sy dl anak nya cengeng banget, dan keras kepala spertinya. Klw ingin sswtu tantrum.dimanapun itu. Smpe pd suatu saat ibu sy marah kepancing emosi nya. Dan ngedoain. "Nnti kamu klw udh jd ibu bakal ngerasain gmn kesel nya ibu punya anak nakal ky kamu. 😭😭😭😭 sampe saat ini kata2 itu sllu terngiang d telinga sya. sy skrg blm punya anak. Dan sedang program. Sy merasa ketakutan. Gmn solusi utk sy.
 Blm sempat sy minta maaf dan meminta ibu utk mencabut kembali perkataan nya. Beliau meninggal saat sy keluar Sd (masuk Smp).

Jawaban
A : (Teh Wahyu) Teteh yang baik😘,In sya Allah ibunda sudah memaafkan teteh kecil yang belum mengerti baik buruk,mungkin itu hanya luapan emosi sesaat ibunda yang sedang lelah,In sya Allah dalam hati ibunda tak berniat berkata itu kepada teteh🤗
Dengan teteh berlaku baik,sholiha,terus mendoakan almarhumah tulus ikhlas tanpa mengingat2 perkataan beliau di masa lalu,In sya Allah beliau bahagia dan merasa beruntung mempunyai anak sholiha seperti teteh,In sya Allah beliau memaafkan dan meridhoi langkah teteh,bahagia teteh akan punya keturunan yang In sya Allah sholih/sholiha😘🤗✅

Pertanyaan
Q : (teh Kazoul)
Saya merasa banyak terluka,dimulai dari sejak kecil sy sll d bandingkan dg kakak sy yg berwajah mirip tp kk sy mulus,cantik & bersikap sangat baik sementara sy wajahnya penuh bintang2 & pemarah 😅 yg menyakitkan adlh ibu sy sndr yg mengtkn perbandingn tsb (jleb!), lalu ditambah dg perceraian dg bapanya anak yg kdg membuat sy jengkel d waktu tertentu saja ketika sy sedang merasa sulit memberikan kbahagiaan materi thd anak saya dan bertanya2 "dimanakah tanggungjawab itu berada?" Hingga kdg anak pula yg jd pelampiasan😭, dan terakhir sy menikah yg kedua kali stlh 5th sndr dg 'terpaksa', sy merasa tdk ingin menikah, tkt dg menikah... dan karena sy sedang menyayangi orang lain ketika ibu sy memutuskan menikahkan sy...

Pertanyaannya...😄 kadang rasa sakit itu sering muncul, ketika saya menatap cermin melihat diri saya, melihat anak sy yg keinginannya hrs terbatas, dan masalalu sy dg seseorang itu mulai menghantui...😁 bagaimana mengikhlaskan hidup saya yg serba tidak terencana? Yg terkadang sy benci... yg terkadang sll terpikir mengapa sy harus menikah?
 Terimakasih.😊
Maaf panjaaaaang....😆

Jawaban
A : (Teh Wahyu) Teteh Kazoul sayang😘,peluk dulu ah 🤗🤗😘😘
Hayu move on teteh💪🏻😍
In sya Allah dengan menikah banyak keberkahan di dalam nya jika kita berfikir😍
Maafkan,ikhlaskan,lupakan masa lalu pandang jauh kedepan In sya Allah jauh lebih baik💪🏻
Bissmillah kita gapai masa depan yang lebih baik😘💪🏻
Dan keterbatasan materi bukan segalanya untuk anak2,beruntung anak2 teteh memiliki bunda yang sholiha yang terus maantaskan diri,Ma sya Allah

Pertanyaan
Q : Primaria endah fajarati
Terkait dengan lingkungan dimana kita berada saat ini, jujur saya sedang dilema.
 Anak pertama sekarang berusia 4th 9 bln. Insyaallah ada rencana disekolahkan ke TK A.
 Ada 2 pilihan, yang satu sekolah yg jaraknya dekat dg rumah tapi umum dan waktu sekolah senin sd sabtu.
Pilihan kedua, sekolah islam terpadu tapi jaraknya jauh dari rumah. Waktu belajar senin sampai jumat. Yang menjadi pertimbangan, utk memilih sekolah anak jenjang TK itu seperti apa?
Saya tidak ingin memaksakan, mengingat klo jauh kasian juga anak.
Pernah ingin homeschooling, tp suami blm setuju.

Jawaban
A : (Teh Wahyu) Teh Primaria Endah yang baik😘,menurut saya kriteria sekolah untuk anak TK ya sekolah yang nyaman dan ramah anak, layaknya taman kanak2😍 yang belajarnya mengasah motorik halus dan kasar sang anak dan hanya bersenang2 dengan menggali bakat tanpa berbelok/melupakan fitrah dasar sang anak.

Menurut saya teteh ajak survey anak teteh ke 2 sekolah tersebut,lihat binar matanya,lihat dimana ananda lebih nyaman.😘💪🏻✅

Pertanyaan
Q: Siti Soidah
 Teh wahyu yang baik saya mau tanya.
 Dulu saya dan suami saya bekerja sehingga quality time saya dengan anak pertama saya sangaat kurang. Karena sudah lelah bekerja, ketika sampai rumah rasa lelah yang kami rasakan. Sehingga berakibat kami sering kesal dengan anak kami. Mungkin karena pola didik kami dulu itu skrg anak saya yang pertama mudah sekali merasa kesal dan sering teriak dan marah marah serta sangat ekspresif dikala senang, sedih atau marah.

 Saya sering merasa bersalah kalau melihat anak saya yang pertama ini, dan adiknya jadi sering ikutan teriak teriak karena melihat kakanya ini
Bagaimana caranya mengatasi sifat anak saya yang pertama ini?
 Dan bagaimana cara menghilangkan luka di hati anak saya ini karena menurut saya hatinya pernah luka oleh kami saat kami kesal dan marah padanya😭
Anak saya yang pertama ini skrg usianya mau 7 tahun, dulu saya tinggal kerja dari usia 3 bulan sampai 4,5 tahun.
 Maaf jadi curhat..

Jawaban
A : (Teh Wahyu) Waalaikumsalam. Teh Siti yang baik😘, Alhamdulillah teteh sudah tau (disadarkan lebih cepat) kalau teteh dan suami pernah berbuat kurang tepat kepada anak pertama.
 Untuk usia anak teteh yang 7 tahun sangat wajar jika masih suka tantrum (triak2,marah2 dll) emosinya masih belum stabil sepenuh nya.
 In sya Allah anak2 cepat sekali melupakan kesalahan kita jika kita secepatnya meminta maaf dengan tulus dan ikhlas,
 Di saat akan tidur malam,peluk erat ananda,beri kecupan dan ucapkan maaf atas kesalahan2 bunda yang lalu (berusaha tak mengulanginya kembali) ucapkan bunda dan ayah sayang kaka,kaka yang baik dan sholih/sholiha.
 In sya Allah ananda tidur tenang dan tak memendam dendam😘✅

Pertanyaan
Q : Teh Sri
Bagaimana memulai membangun peradaban dari rumah jika istri dan suami memiliki hobi yang berbeda? Lalu bagaimana menyiasati membangun peradaban jika masih bersatu dgn keluarga suami? Makasih sblmnya. 😊

Jawaban
A : (Teh Wahyu) Teh Sri sayang😘,apakah perbedaan hobi nya berpengaruh besar terhadap peradaban yang akan teteh dan suami bangun?
 Bisa ambil garis lurus,cari benang merah nya kesamaan2/kemiripan yang dimiliki teteh dan suami.
 Pandang positif hobi masing2💪🏻
Jika masih bergabung dengan keluarga suami, teguhkan dan yakinkan bahwa yang akan membangun peradaban keluarga teteh itu adalah suami dan teteh (keluarga inti di ring pertama) kuatkan pondasi💪🏻
Andai banyak masalah di dalam rumah keluarga suami, mungkin disitu makna hidup (misi spesifik) teteh, dpt menyelesaikan / memiliki solusi untuk segala masalah di rumah tersebut.😘💪🏻✅

Pertanyaan
Q : Assalamualaikum sy masih mempunyai permasalahan blm beres, kebetulan dlu ke 2 ortu sy bercerai, akibatnya adik sy depresi schizoprenia. skrg sy sudah menikah, namun sy tidak bisa bertemu bebas dengan keluarga sy, jd ky petak umpet jd adik+ibu ga dkasih tau tempat sy tinggal. karena ketakutan suami kl adik sy ngamuk takutnya ke tumbuh kembang anak sy. Satu sisi ibu&adik sy, 1 sisi suami&anak. baiknya seperti apa.tks

Jawaban
A : (Teh Wahyu) Waalaikumsalam. Teteh sayang😘,peluk hangat untuk adiknya ya teh dari saya🤗.Menurut saya jika teteh ingin bertemu keluarga teteh (ibu dan adik teteh) baik nya tetap meminta izin suami baik2 teh,karena tetap yang utama adalah izin suami😘 In sya Allah dengan adanya izin suami,Allah akan melimpahkan keberkahan dalam langkah teteh. Jika suami keberatan anak2 dibawa menemui ibu dan adik teteh, minta tolong suami untuk menjaga anak2 sejenak saat teteh bertemu ibu dan adik.
 Semoga diberikan jalan keluar yang terbaik ya teh😘💪🏻✅

Pertanyaan
Q : Saya pernah ikut workshop innerchild, dan saat itu kita dihipnosis dan menceritakan ttg masa lalu. Kesimpulan Dari seminar itu adalah saya tidak ada trauma berarti dan saya juga merasa fine2 saja dengan Dodi kan ortu. Mungkin agak ngerasa kehilangan Sosok ayah kali ya, Karna beliau terlalu perndiem bgt dan terkesan jaga jarak Sama anak-anaknya.

Akibatnya, sejak sekolah saya jadi males punya temen laki laki dimana kakak saya(yg me dapat Cara Didik yg Sama) deket dgn banyak temen lelaki. Hmmm yg saya Tanya apakah kehilangan sosok atau itu trauma juga ya? Sebenernya saya juga jadi ga ada guide gmn sih calon suami yg sekiranya baik untuk keluarga Kami kelak, Karna sosok lelaki yg se Harusnya paling dekat dgn saya tidak saya rasakan..kadang2 sedih sih, rasanya iri Sama temen2 yg bisa curhat ke bapaknya..apa saya Harus mulai curhat gitu ya ke papà? Pernah sih teh tapi responnya tiis😅😅jadi ya.. jadi ya.. apa perlu Cari sosok ayah dulu teh? Baru saya terverifikasi buat menikah?

Jawaban
A : (Teh Wahyu) Teteh sayang😘,waahh...ditunggu sharing nya tentang workshop innerchildnya ya teh,pas sekali dengan materi pekan ini😍
Alhamdulillah teteh tak ada trauma berarti dari masa lalu.
 Teteh masih punya paman/uwa? Yang sosoknya bisa jadi panutan,atau kepada ulama/tokoh.
 Bisa berkunjung kebeliau2,untuk mendapatkan wejangan2.😘

Pertanyaan
Q : Teh Neneng
Teh, saya Neneng, may nitip pertanyaan, gimana kalau misalnya cara menyikapi perbedaan pandangan antara kami (saya Dan suami) dengan mertua. Misalnya ketika saya Dan suami sepakat agar saya dirumah tdk usah bekerja keluar rumah, untuk mendidik anak, tapi mertua lebih menginginkan agar saya juga bisa bekerja lagi. Karena beliau jg seperti itu, bekerja, beliau nampaknya bangga jika anak2 nya itu bekerja/berkarier

Jawaban
A : (Teh Wahyu) Teh Neneng yang baik😘,jika teteh dan suami sudah sepakat bahwa teteh lebih baik di rumah, saya rasa tak ada alasan lain untuk tidak melakukan kesepakatan tersebut (keluarga inti ring pertama dalam membangun perdaban / dalam pengasuhan anak2) berikan pemahan kepada mertua bahwa semua ibu itu bekerja baik di ranah publik dan domestik. Beri bukti nyata bahwa kesepakatan teteh dan suami itu lebih baik,bisa membawa keberkahan dan meningkatkan kemuliaan😘💪🏻✅

Pertanyaan
Q : RiekaElBasya
 Teteh Sy mau tnya..bgmaina cara menyikapi keluarga suami(adik2nya)yg terkadang untuk membeli sesuatu semisal HP minta kepada suami?sdngkn suami pun masih bnyk urusan yg lbh urgent dibanding untuk membelikan brg tsb,padahal ayah mertua masih bekerja dan pastinya msh sanggup untuk membeli brg tsb..terima kasih

Jawaban
A : (Teh Wahyu) Teh Rika yang baik😘,coba diskusikan dengan suami apa langkah suami menghadapi permintaan adik2nya yang konsumtif? Jika suami menyanggupi dan bersedia memberikan apa yang dipinta adik2 dengan tanpa mengorbankan kebutuhan keluarga inti,tak mengapa teh. Teteh ikhlaskan dan suport suami jika itu baik. Atau minta suami untuk berdiakusi dengan adik2nya tentang perekonomian keluarga teteh yang banyak kebutuhan.
 Beri seperlunya,biarkan adik2 usaha mencari selebihnya😘✅

Pertanyaan
Q : Assalamualaikum teeh.. nitip tabya yah teeh
Suami saya teh orangnya lempeng sekali teh.. dan kami memiliki beberapa perbedaan mendasar. Ada hal2 yg menurut saya prinsip, tp menurut suami biasa saja. Dan sebaliknya.
Pernah bbrp kali kami diskusi, sy sgt excited krn topik diskusi saat itu sangat penting untuk saya. Tp suami menganggap sambil lalu teh. Sejak saat itu, kalau saya ada sesuatu yg ingin didiskusikan, dan sy lihat wajah suami, sy jd keder duluan. Muncul perasaan takut tdk dianggap lg teh.. seperti trauma ringan, tp cukup mengganggu teh..
Sy lbh tertutup jadinya belakangan ini. Padahal sdg hamil anak pertama insyaaAllaah.. sy jd merasa berjuang sendirian ini teh. Aduu sedih 🙈
Gimana yah teh..

Jawaban
A : (Teh Wahyu) Waalaikumsalam. Teteh sayang😘,terkadang apa yang kita sampaikan belum tentu sepenuh nya diterima orang lain dengan makna yang sama,begitu pun sebaliknya. Disini komunikasi produktif yang berperan,agar makna yang kita sampaikan diterima sempurna. (Ada di materi kelas IIP selanjutnya😘😍) Terus bicarakan dan utarakan harapan2 / prinsip2 teteh kepada suami dan dengarkan harapan suami,ambil benang merah nya,hormati hasilnya. In sya Allah dengan lebih sering gobrol sama suami,akan ada titik temu (teteh dan suami saling menghormati prinsip masing2)✅

Pertanyaan
Q : Emil – Yusni Emilia
 Nyambung jawaban dr pertanyaan teh siti soidah ya teh wahyu....
Kasusnya kurang lebih sama.
 Saya dulunya suka marah ke anak. Dan nada suara saya juga lumayan tinggi. anak saya yg pertama sudah 11 tahun. Sampai sekarang masih suka marah-marah dan teriak. Baik ke saya, suami atau ke adiknya saat dia merasa kesal atau tidak nyaman dgn perasaannya.
Bapak saya memang berbicara dgn nada tinggi. Dan sering membentak juga kalo kita punya kesalahan.
 Saya sadar, sepertinya saya membawa cara yg sama pada anak2 saya.
 Suami pun yg tadinya lembut, sekarang jadi terbawa seperti saya...
 Saya jadi merasa bersalah...
Apa yg harus saya lakukan ya?

Pertanyaan 
Q : The Vani
 Assalamu'alaikum teh, nanya lagi yah ....
Sekarang adek saya yg kuliah tinggal bersama saya dan suami teh, dalam perjalanannya ternyata banyak sekali hal hal mendasar yg tidak cocok dengan saya, mungkin juga ini pengaruh dia yang sebelumnya tinggal sama orang tua, sudah sering saya ingatkan tpi malah jadinya adek saya jdi lebih tertutup, saya coba diskusi sm ortu saya, malah mereka melimpahkan tanggung jawab nya ke saya dan suami, baik dalam mendidik dll nya. Gimana solusinya teh agar sama2 enak di semua pihak, toh tidak selamanya adek saya ikut saya ... nuhun teteh 😚

Pertanyaan
A : (Teh Wahyu) Waalaikumsalam. Teh oktivani yang baik😘,harus lebih banyak lagi ngobrol dari hati ke hati teh dengan adiknya. Mungkin kah adik sedang banyak tugas kuliah? Ada masalah dalam kesahariannya? Ini terkadang salah satu pemicu yang membuat adik lebih tertutup. Atau mungkin pesan teteh tak tersampaikan sempurna oleh adik nya?

Jika orang tua sudah mendelegasikan ke teteh untuk mendidik adik,berarti teteh bisa terus berusaha sabar dalam mendidik adik yang kadang bersebrangan dengan teteh😘💪🏻 Hanya perlu perbanyak ngobrol, komunikasi produktif bersama adik😍😘💪🏻
Ajak suami untuk selalu menguatkan teteh😘 Semoga ada jalan keluar terbaik ya teh💪🏻✅
Catatan tambahan dari Teh Wahyu
 Saya menemukan lagi... tentang inner child di matrikulasi batch 2.
_____________
 Tambahan materi buat para bunda yang beragama Islam, ada panduan di Alqur'an sebenarnya untuk "berdamai dengan masa lalu"yg disebut tazkiyatunnafs sbb:
Tazkiyatunnafs adalah bahasa alQuran untuk mentherapy secara alamiah dan fitriyah apa apa yang menyebabkan kita berperilaku buruk. Tiada cara yang baik dan mengakar kecuali memperbaiki jiwa sebelum memperbaiki fikiran dan amal.
 Belum pernah ada surat di dalam alQuran dimana Allah bersumpah begitu banyak, sampai 11 kali, kecuali untuk pensucian jiwa "sungguh beruntung mereka yang mensucikan jiwanya" (surat asSyams).
Warisan pengasuhan masa lalu dalam dunia psikolog sering disebut Inner Child, kadang sehebat apapun ilmu parenting atau psikologi yang kita pahami, tetap saja di tataran praktis yang kita pakai adalah apa yang pernah kita alami ketika kecil. Misalnya, kita tahu membentak dan menjewer itu buruk, namun ketika kekesalan memuncak maka hilang semua pemahaman, yang ada lagi lagi membentak dan menjewer.
Ada terapinya untuk ini, namun sebaiknya kita menggunakan jalur alamiah dan syar'i yaitu Tazkiyatunnafs, atau pensucian jiwa. Ini perlu waktu, perlu momen, perlu keberanian utk keluar dari zona nyaman dan instan.
AlQuran juga mengingatkan bahwa sebelum ta'lim maka penting untuk tazkiyah lebih dulu. Dalam prakteknya paralel saja, karena begitu kita berniat sungguh2 mendidk anak sesuai fitrahnya maka sesungguhnya kita sedang tanpa sadar mengembalikan fitrah kita atau sedang tazkiyatunnafs
Dalam buku tarbiyah Ruhiyah, pensucian jiwa itu bisa dilakukan dengan 5 M
  1. Mu'ahadah -mengingat ingat kembali perjanjian kita kepada Allah. Baik syahadah, maksud penciptaan, misi pernikahan, doa doa ketika ingin dikaruniai anak, menyadari potensi2 fitrah dstnya
  2. Muroqobah - mendekat kepada Allah agar diberikan qoulan sadida, yaitu ucapan dan tutur yang indah berkesan mendalam, idea dan gagasan yang bernas dalam mendidik, sikap dan tindakan yang pantas diteladani. Allahlah pada hakekatnya Murobby anak anak kita, karena Allahlah yang memahami fitrah anak anak kita. Maka kedekatan dengan Allah adalah agar hikmah hikmah mendidik langsung diberikan Allah untuk anak anak kita melalui diri kita.
  3. Muhasabah - mengevaluasi terus menerus agar semakin sempurna dan sejalan dengan fitrah dan kitabullah, bukan obsesi nafsu dan orientasi materialisme
  4. Mu'aqobah - menghukum diri jika tidak konsisten dengan hukuman yang membuat semakin bersemangat dan semakin konsisten untuk tidak melalaikan amanah.
  5. Mujahadah - sungguh sungguh menempuh jalan sukses (fitrah) dengan konsisten, membuat perencanaan dan ukuran2 nya
     (Hasil Diskusi dengan Ustadz Harry Santosa dan Ustdz Aad seputar "tazkiyatunnafs)

No comments