Para Penyair di Zaman Rasulullah saw.


Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengembara di setiap lembah, dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya? Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan berbuat kebajikan dan banyak mengingat Allah dan mendapat kemenangan setelah terzalimi (karena menjawab puisi-puisi orang-orang kafir). Dan orang-orang yang zalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka kembali). (QS Asy Syuara, Para Penyair: 224-227)

Syair merupakan bagian penting dari dakwah Rasulullah saw. Pada zaman Rasulullah saw. terdapat para penyair-penyair yang syairnya menyemangati dalam berdakwah dan berjihad diantaranya: Hasan bin Tsabit, Abdullah bin Rawahah, dan Ka'ab bin Malik.

Syair dan puisi pada saat itu bukanlah keindahan hanya dalam kata-kata, namun seperti fungsi media hari ini. Sebuah masyarakat bisa terguncang, menjadi sedih, dan syair itu bisa menguasai opini, dan masyarakat.

Dilansir dari Ustadz Budi Ashari, Khalifah (21/02/2018) bahwa penyair di zaman Rasulullah saw. diantaranya adalah 3 berikut:

1. Abdullah bin Rawahah ra. 
Beliau bukan saja seorang penyair, namun juga seorang Panglima Perang. Kalau hari ini sulit menemukan seorang yang pandai penyair sekaligus seorang panglima perang. Abdullah bin Rawahah ra. dapat melakukan hal itu.

Kedudukan Abdullah bin Rawahah ra. juga istimewa karena beliau pengganti panglima-panglima sebelumnya, yakni anak angkat Rasulullah Zaid bin Tsabit digantian oleh Jafar bin Abi Thalib, kemudian diganti Abdullah bin Rawahah ra.

Beliau hidup di zaman Rasulullah saw. dan menyemangati kaum Muslim di medan perang dengan syairnya.

Pada Perang Mut'ah pada tahun 8 Hijriyah di sebelah timur Yordan, Abdullah bin Rawahahah memimpin 3000 kaum Muslimin melawan 200.000 tentara Romawi Timur.

Saat akan berperang, beliau bersyair, "Wahai Jiwaku, jika kamu tidak terbunuh di perang ini, maka kelak engkau juga akan mati, dan inilah gerbang kematian yang ada di hadapanmu. Kematian sebagai syuhada yang selama ini engkau rindu telah diberikan kepadamu. Jika engkau menyambutnya, maka engkau akan mendapat hadiah dari Tuhanmu."

2. Hasan Bin Tsabit 
Hasan Bin Tsabit mendapat gelar penyairnya Rasulullah saw. Istimewanya, Hasan bin Tsabit mendapat keistimewaan yakni mendapat mimbar di Masjid Nabawi (mimbar media), selain 1 mimbar milik Rasulullah saw.

Mimbar Media tersebut diberikan kepada Hasan Bin Tsabit untuk menyampaikan syairnya pada masyarakat.

Diantara syairnya sebagai berikut,
"Engkau mencaci Muhammad dan aku menjawab cacian itu, dan di sisi Allah aku mendapat pahala. Engkau mencaci orang yang diberkahi, baik dan hanif, orang yang Allah percaya sebagai utusan yang menepati janji"

Saat Rasul hijrah ke Madinah, dakwah dilengkapi dengan satu lagi, yakni sastra. Dan Hasan bin Tsabit diamanahi sebagai pemimpin penyair. Ia lahir di Yatsrib dan memeluk Islam saat usia 60 tahun.

Usia Hasan bin Tsabit mencapai 120 tahun, dan membantu dakwah Muhammad saw. Rasulullah saw. sering memuji karya-karya.

Di Internasional, Hasan juga bertemu rakyat Ghassan, yakni Jabala. Di samping ada 2 orang, dan yang dikenalnya yakni Nabgoh, yang ini tidak kenal, yakni Al Qomah bin Abdah. Saat wakil dari jabalah tersebut, Hasan merasa hilanglah separuh diri saya yang lain. karena merasa sudah tidak ada keberanian.

Namun ketika dipersilakan dan Hasan bersyair, Raja nya tersebut bangga dan takjub. Diberikanlah 300 dinar, 10 potong baju dan Raja tersebut akan memberi setiap tahunnya. Raja juga berujar bahwa, "Kamu punya kekuatan yang ngga kalah dengan mereka."

3. Ka'ab bin Malik 
Jika kita mengenal Ka'ab bin Malik karena tertinggal dalam perang, ternyata Ka'ab bin Malik juga adalah seorang penyair di zaman Rasulullah saw.

Kisah-kisah penyair diabadikan di Al Quran surah Asy Syuara ayat 224-227. Menurut Ustadz Budi Ashari bahwa penyair terbagi menjadi dua, yakni mereka yang pandai bicara namun tak pandai berbuat, serta mereka yang beriman dan beramal shaleh.

Dulu, saat Islam telah berjaya memiliki banyak pengikut dari hari ke hari, Quraisy merasa khawatir, dan Walid bin Mughirah sepakat untuk menghina Nabi Muhammad saw. Al Quran itu sastra saja buatan Muhammad saw. Namun perkataan itu langsung runtuh, gugur karena Nabi Muhammad saw. tidak suka syair.

No comments