ARTIKEL: MUSLIMAH CANTIK, CERDAS DAN SHOLIHAH



Seonggok kemanusiaan terkapar, siapa yang mengaku bertanggungjawab? Bila semua pihak menghindar, biarlah saya yang menanggungnya semua atau sebagiannya (Ustadz Rahmat Abdullah)

Pagi yang cerah, diterangi sinar matahari yang hangat. Saya menuju ke Masjid Daarut Tauhid untuk menunaikan sholat duha. Saya melihat beberapa aktivitas di masjid. Ada yang sedang bertilawah, ada beberapa orang yang tengah melakukan mentoring bersama murabbi, aktivitas yang sudah mulai menjalar dimana-mana.

Semakin  lama perkembangan dakwah dan kebutuhan akan dakwah semakin besar. Seperti jamur, dimana-mana tumbuh perkumpulan pengajian. Dan kesemua itu massif memang jadi tujuan, mendakwahkan islam. Saya yang masih beraktivitas di Rohis SMA meski telah tahun keempat berkuliah, saya berusaha berdakwah dengan yang saya bisa.

Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti workshop rohis se-Bandung, dan disana lembaga KARISMA ITB mengatakan bahwa dari 270 SMA di Bandung saja, yang memiliki rohis atau DKM malah kurang dari 50. 


Moralitas di negeri ini tidak bisa bukan merupakan kewajiban bersama. Orang-orang yang sering ke pengajian baik yang muda-muda, Ibu-ibu atau Bapak-bapak lebih banyak yang mana dibanding dengan yang senang hura-hura?
Kepedulian pada sesama dan tidak sibuk sendiri dalam beribadah memang penting dilakukan. Terbayang, bahwa di dunia ini semuanya harus seimbang, termasuk selain hablumminallah yaitu habluminannas.

Akan terasa lebih indah bila generasi Islam semakin massif dalam arti semakin hari semakin banyak muslim yang ingin dekat kepada agamanya. Kita tahu penduduk di Indonesia mayoritas muslim. Berapa persen juga kah yang benar-benar dan ingin belajar melaksanakan sunnah Rasul?

Berkepribadian Muslim berarti memiliki aqidah yang lurus, beribadah dengan benar, memiliki akhlak yang kokoh,  memiliki kekuatan jasmani, Intelek dalam berpikir, berjuang melawan hawa nafsu, pandai menjaga waktu, teratur dalam suatu urusan, memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri, dan bermanfaat bagi orang lain.

Peran seorang muslimah di sekolah, di perguruan tinggi, sebagai kakak, sebagai anak ataukah sebagai orang tua sekalipun, dimana-mana mesti menjaga izzahnya. Perannya dimanapun sebaiknya memberikan gambaran bahwa menjadi seorang muslimah adalah pilihan yang tak bisa ditawar lagi.

Amat miris bila di negeri ini sebagian muslimah ada yang menanggalkan keislamannya, melupakan fitrahnya sebagai muslimah. Atas beberapa alasan (baca: DUNIA), mungkin dilakukan untuk kebebasan dirinya, sekaligus tidak mau mendekat pada Islam terlalu dalam.

Padahal pada fitrahnya, Islam mengemas muslimah pun dapat mempunyai banyak inspirasi dan tidak bertentangan dengan Islam. Saya menemukan kata-kata yang bagus, bahwa Pahlawan yang didambakan bukan saja pahlawan yang membebaskan umat dari krisis besar atau pahlawan di medan peperangan gawat, tapi jauh lebih luas lagi bentangannya, mereka adalah pahlawan pemikiran, pendidikan, keilmuan, pebisnis, kesenian, dan kebudayaan. Yaitu para pahlawan peradaban.

Saat ini, tak sedikit muslimah yang dapat berdakwah lewat ceramah mengisi berbagai kajian, berdakwah saat profesi-nya sebagai pebisnis muslimah, berdakwah lewat musik nasyid atau qasidah. Ataupun dalam berbudaya mengenakan pakaian yang menutup aurat dan tidak transparan.
*
Sehabis kuliah saya pulang ke rumah menaiki angkutan kota. Dalam angkutan kota kita bisa mendapati berbagai profesi ada disana. Misal ada pun berbagai kekontrasan dapat terlihat, semisal wanita yang memakai kerudung dengan yang berpakaian minim.

Zaman sudah masuk Posmodernisme ini, kita dapat melihat dari berbagai fenomena leburnya seni dan realitas. Saya mengikuti kajian tentang Posmodernisme awal Januari lalu, dan pembicara, Topik Mulyana menyebutkan bahwa di zaman Posmodernisme akan tumbuh berbagai macam kelompok dan asal tidak menganggu satu sama lain, mereka akan acuh pada yang lainnya.

Namun di balik itu semua, ada juga yang tidak lebur dengan zaman posmodernisme ini. Orang-orang FPI contohnya, mereka tidak hanya di permukaan saja, namun juga mendalam. Mereka memegang kebenaran tertinggi. Mereka mengatakan ini benar, ini salah, dan mereka teguh pendirian dengan itu. Orang yang teguh pada agama biasanya tidak akan tergerus dengan zaman posmodernisme ini.

Salah satu ciri dari Posmodernisme yaitu tidak mendalam, dan hanya dalam permukaan saja. Pembicara saat itu menyebut Changcuters gaya dan musiknya saja yang nge-rock n roll. Tapi syairnya sama saja seperti band lain. Padahal dulu, rock n roll itu sudah mendarah daging. Dari mulai gaya sampai ke jiwanya itu rock n roll juga.

Lalu juga dengan gaya rambut, misal gaya rambut Mowhack, orang dulu itu gaya rambutnya seperti itu ada filosofisnya, kalau sekarang kan hanya sekadar GAYA-GAYAAN saja.

Mar’atus sholihah (wanita sholehah) dalam perjalanan hidupnya pun harus bisa mengontrol diri, semisal nafsu diri, pikiran negatiF, dan sebagainya. Insya Allah obatnya adalah diri kita sendiri yang membentenginya dengan keimanan dan ketakwaan. Sampah pikiran dan fisik, juga sampah berupa dosa-dosa dapat diperbaiki dengan senantiasa membersihkan diri.

Solusinya ada pada kita pula, para Muslimah, mengajak teman-teman muslimah yang muda untuk bersama-sama menapaki jalan yang indah menuju surga-Nya, bukannya tidak peduli satu sama lain.

Terbayang kalau kita mengabaikan hal ini, bisa jadi beberapa tahun ke depan sudah banyak orang tua (teman-teman kita saat ini) mungkin tidak malu untuk buka-bukaan.

Muslimah yang utuh ialah yang dalam sikap, tutur kata yang baik, penampilan yang sesuai, asupan makanan dijaga dan menjaga izzah terhadap lawan jenisnya.
*
Ada pesan masuk. Mungkin aku tak selembut Khadijah, pula tak secerdas Aisyah, pula tak sekuat Siti Hajar, pula tak sedermawan Siti Zainab, pula tak setaat Siti Rabbiah, pula tak seanggun Fatimah, tapi aku hanya seorang akhwat yang berusaha menjadi muslimah sejati. Ingatkan aku ukhti jika langkahku salah, tegur aku jika keseombongan bersamaku. Marahiku jika ku tak tegas dalam aqidahku. Maafkan dengan segala ketidaksabaranku ukhti. Riang tawa dan ilmu adalah penghibur segalanya. Terimakasih. Mohon doa dari semua ukhti. Saya tersenyum.(Sri Al Hidayati)

Bandung, 25 November 2010

No comments