Shalahuddin Al Ayyubi, Sang Penakluk Yerusalem (Pembebas Palestina)


Shalahuddin Al Ayyubi, Pembebas Palestina (sumber pic by sayf muhammad isa)


Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang Mukmin baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh ataupun terbunuh. (QS At Taubah, 9: 11) 


Kota suci 3 agama Yerusalem ada Islam, Kristen dan Yahudi. Dalam agama Islam, Yerusalem merupakan tempat bersejarah karena ada Baitul Maqdis. Tentu kita mengenal saat zaman Umar bin Khattab datang dan menaklukkan Baitul Maqdis, yang terdapat Masjid Al Aqsa di dalamnya. Islam rahmatan lil ‘alamin. Semua hidup berdampingan di dalamnya. 

Namun kita tahu juga sejak dulu terjadi perebutan untuk menguasai Yerusalem ini, dan kita akan belajar sejarah, mengutip dari buku “Shalahuddin  Al Ayubi Sang Penakluk Yerusalem” ditulis oleh Abdul Latip Talib bahwa ketika kota Yerusalem berada di bawah kekuasaan pasukan Salib pada 15 Juli 1099 M, pasukan Salib sagat kejam membunuh hampir semua penduduk yang beragama Islam terutama wanita, orang tua dan anak-anak. 

Dalam buku Al Kamil fit Tarikh, Ibnu Athir menyebut bahwa pasukan Salib yang berada di bawah pimpinan Raja Reymond menaklukkan satu tempat bernama Maaratun Nu’man. Di sana pasukan Salib membunuh lebih dari seratus ribu umat Islam dan melemparkan mayatnya ke dalam kobaran api. Naudzubillahi min dzalik. 

Sedangkan Gustav Le Bon dalam bukunya Perang Salib juga menyebut bahwa korban kekejaman tersebut bukan saja menimpa umat Islam, tetapi orang Yahudi dan Kristen yang tidak mau bekerja sama dengan pasukan Salib tak luput dari kekejaman tersebut. Akibatnya, sekitar enam puluh ribu orang dibunuh dalam waktu delapan hari delapan malam sehingga tak ada satu pun yang selamat. 

*

Pernah menonton film sejarah Shalahuddin Al Ayubi dan diceritakan bahwa Shalahudin Al Ayubi tumbuh besar dengan akhlak yang mulia. Shalahuddin memiliki paman yang pandai bertarung dan memainkan pedang sehingga sering berlatih dengan Shalahuddin. 

Shalahuddin juga merupakan anak dari Najmuddin Ayyub yang merupakan Gubernur Tikrit, namun tidak menjadikannya tinggi hati. Meski anak gubernur, Shalahuddin adalah anak yang rendah hati. 

Shalahuddin Ahli Ibadah dan Ahli Strategi Perang

Ketangkasan Shalahuddin Al Ayyubi dan kecerdikannya dalam menyusun strategi perang juga bukan main-main. Bisa dikatakan peperangan orang Islam akan selalu menang karena Shalahuddin merupakan ahli strategi. 

Saat perang melawan pasukan Salib, pasukan Islam menempati tempat-tempat yang berdekatan dengan air dan sumur-sumur kering untuk melemahkan daya juang semangat mereka. Pasukan Islam menang atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Sering juga orang Kristen berselisih satu sama lain dan memerdulikan kemewahan dan kedudukan mereka sehingga mereka sering berpecah. Pernah Raja Reymond mau bergabung dengan pasukan Islam untuk menjatuhkan raja baru dari Eropa namun itu hanyalah strategi saja. 

“Apakah Tuan tidak merasa diperalat oleh Raja Reymond demi kepentingannya sendiri?” tanya Bahauddin. Ya karena Raja Reymond tidak puas dengan sikap Ratu Tibriah dan Suaminya. Karena Ratu Tibriah tak mau menikah dengan Raja Reymond, otomatis Ratu Tibriah akan menjadikan suaminya sebagai pengganti pemimpin dari kalangan mereka. Raja Reymond takut hal itu terjadi sehingga mendatangi Shalahuddin. 

“Pada saat bersamaan kita pun memperalat Raja Reymond untuk melemahkan pasukan Salib. Mereka akan terpecah belah dan hal ini sangat menguntungkan kita.” jawab Sultan Shalahuddin Al Ayyubi. )hlm 191)

Birnis Bernazar Membunuh Shalahuddin 

Dalam film Shalahuddin juga diceritakan tentang Birnis yang sering mengganggu orang Islam saat akan beribadah haji, orang-orang yang akan ke Mekkah dan Madinah dihadang dan itu menimbulkan kemarahan pada Shalahuddin. Kata-kata yang Birnis ucapkan menimbulkan sakit hati umat Islam adalah “Mintalah pertolongan kepada nabi kalian yaitu Muhammad agar kalian bisa melepaskan diri!” 

Scene yang paling saya ingat ketika Pasukan Salib sudah kalah, Raja Reymond dan Birnis dihadapkan kepada Shalahuddin, Raja Reymond yang haus meminta belas kasihan dan meminta minum pada Shalahuddin. 

Ketika sudah minum lalu Birnis juga berbisik ingin minum juga. Raja Reymond memberikan sisa air minumnya kepada Birnis tanpa meminta persetujuan dari Sultan Shalahuddin Al Ayyubi. Lalu Shalahuddin berkata, “Minuman itu saya berikan untuk Anda, bukan untuk dia!” Shalahuddin benar-benar marah dengan Birnis karena sifatnya sering melanggar perjanjian yang telah dibuat dengannya, sering berkhianat, zalim, dan juga menghina Nabi Muhammad dihadapan orang-orang Muslim.

“Apakah benar kamu pernah mengatakan mintalah pertolongan kepada Muhammad ketika kamu menghalangi para jamaah haji?” 

“Benar, tapi maafkanlah saya,” pinta Birnis.

“Berapa kali kamu berkata seperti itu” tanya Sultan Shalahuddin Al Ayyubi sekali lagi. 

“Setiap kali saya menghalangi dan menawan jamaah haji, saya selalu mengucapkan kata-kata itu sebelum mereka dibunuh.” 

“Apakah kamu pernah mencoba menyerang Mekkah dan Madinah?” tanya Shalahuddin lagi. 

“Pernah, tiga kali, tetapi Anda selalu menggagalkannya.” Kata Birnis. 

Padahal orang yang hendak berhaji tidak ada pikiran mereka untuk berperang namun diserang. Dosa besar banget  itu. jadi teringat dengan Khalid bin Walid dulu cerita saat melihat orang-orang hendak berhaji, mereka memakai baju ihram. Saat Khalid hendak menyerang, tidak jadi karena melihat orang-orang Islam akan menunaikan ibadah. Jadi bukan seorang pengecut yang main tebas. 

Birnis juga pernah bernazar ingin membunuh Shalahuddin Al Ayyubi, namun qadarullah Shalahuddin Al Ayyubi yang dapat menunaikan nazarnya. 

Buku Shalahuddin Al Ayyubi - Abdul Latip Talib


Kisah Shalahuddin Al Ayyubi dan Malikul Afdhal

Dalam buku Shalahuddin Al Ayyubi juga yang menarik adalah kisah tentang Shalahuddin dan anaknya, Malikul Afdhal. Saya bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah dan bangganya seorang Ayah yang bisa mewariskan dan mendelegasikan tugas jihad pada anaknya. Itu bisa terjadi karena Shalahuddin mendidik anaknya dengan baik.

“Kita gali parit-parit sebagai tempat perlindungan agar pasukan kita dapat menyerang musuh yang datang dalam parit itu,” kata Malikul Afdhal. 

Saat pasukan lawan pasukan berkuda Panglima Isbitariyah menyerang, mereka mendapati pasukan Islam berada di dalam parit itu dan itu menyulitkan mereka untuk melakukan penyerangan, pasukan Salib yang berkuda pun menjadi mangsa penyerangan pasukan Islam. pasukan Salib banyak yang tewas dan cedera. 

Shalahuddin Al Ayyubi menaklukkan Yerussalem tanpa pertumpahan darah

Keberhasilan Sultan Shalahuddin Al Ayyubi menguasai Yerusalem tanpa pertumpahan darah mendapat pujian dan kekaguman dari kaum Muslimin. 

Daripada pertumpahan darah, Shalahuddin Al Ayyubi setuju berdamai dengan syarat. “Setiap lelaki harus membayar tebusan sepuluh dinar setiap orangnya. Setiap perempuan harus membayar lima dinar, sedangkan anak laki-laki maupun anak perempuan sebanyak dua dinar. Pembayaran tersebut harus diselesaikan dalam waktu empat puluh hari. Mereka yang tidak membayarnya akan menjadi tawanan.”

Raja Balian menandatangani perjanjian tersebut pada Jumat 27 Rajab 583 Hijriah. Shalahuddin bersiap-siap memasuki Yerussalem.

“Pada hari ini kita memasuki kota Yerussalem dengan tenang. Saudara-saudara harus menahan diri dari melakukan hal maksiat kepada kaum wanita mereka. lindungi anak-anak dan mereka yang kurang mampu. Siapa pun yang melakukan penganiayaan, dia akan dihukum.” Kata Sultan Shalahuddin kepada pasukannya.

Dengan Raja Richard pembesar Eropa yang berencana menguasai Yerusalem pun Shalahuddin membuat perjanjian agar tidak berperang selama tiga tahun. dan disetujui setelah berbagai pertimbangan. Bahkan Shalahuddin menengok Raja Richard saat sakit sembari membawakan makanan, buah dan obat untuk kesembuhan Raja Richard. 

***Artikel ini dibuat setelah menyimak film Shalahuddin Al Ayyubi, dan membaca buku dengan judul Shalahuddin Al Ayyubi Sang Penakluk Yerussalem, Penulis Abdul Latip Talib (Cetakan 1, Juli 2008, Penerbit Madania Prima)

No comments