Review Film: Assalamu'alaikum Baitullah

 


Film Assalamu'alaikum Baitullah dibuka dengan scene mendebarkan: Amira Khadijah mau lompat bundir, dan ada seseorang mencegah, kemudian gelap. Lalu scene kembali ke awal cerita. 

Film yang diangkat dari novel Mbak Asma Nadia, bertema perjuangan seorang perempuan yang sudah menikah dan menghadapi berbagai masalah dalam hidupnya. 

Kita fokus ke dalam cerita, bahwa Amira berada di kamar Ibunya. Ibunya ini sedang jatuh sakit. Amira bercerita pada Ibunya kalau dia sedang demam dan mual. Sang Bunda tentu mengharap anaknya memeriksakannya ke dokter, dan optimis anaknya bisa hamil. Namun, Amira tidak bersemangat dan khawatir dia tidak hamil. 

Terlebih saat suaminya juga tidak antusias ketika diajak ke dokter untuk memeriksakan. Suaminya pun sering pulang kerja malam, sering lembur. Meskipun kejahatan ditutupi pasti akan terkuak juga, Amira menemukan kartu kamar hotel dan juga ada underware perempuan. Saat dikonfirmasi, suaminya Tapi suaminya lagi-lagi berkilah bahwa itu barang yang ditawarkan oleh kakaknya, saat pulang dinas dia mampir ke rumah kakaknya. 

Karena tidak percaya yang ada di hadapannya, Amira mulai mencari tahu. Amira ini kelas sosial atas, terlihat orang yang berpunya, punya perusahaan bareng suaminya, punya mobil, bisa independent kemana-mana nyupirin sendiri istilahnya. Perempuan mandiri banget. 

Dan, khas Asma Nadia banget ya karena diambil dari novel Mbak Asma, bener aja, suaminya selingkuh. Pada saat itu suaminya berdalih bahwa dia melakukannya karena dia pengen punya anak, tapi memang harus dengan selingkuh? Kan bisa sabar. Heran.

Amira pulang pakai mobilnya dan bak mendengar petir di siang bolong, Amira dapat telepon bahwa Ibunya udah nggak ada (baca: meninggal). 

Amira sedih banget pas itu harus bertemu dengan suaminya lagi dan puncaknya Amira pas test pack positif dan suaminya malah jelas-jelas milih selingkuhannya. 

 

Entah dari mana datang tuh perempuan selingkuhan itu dan menguasai rumah Amira. Siapa kamu? Nyangka Amira pakai test pack orang dan lain sebagainya. Amira nggak tahan dan minta cerai serta memilih mengangkut semua baju-bajunya ke koper, dan pergi.

Scene dramatis saat Amira keluar dari mobil dan melihat darah keluar dari kakinya. Berusaha sendiri menuju rumah sakit dan pingsan di depan rumah sakit dalam keadaan pendarahan hebat. 

Dan Amira mengalami keguguran. 

Dari banyaknya cerita menguras emosi dan tangis. Dua jam terasa cukup lama untuk film romance gini, tapi ada serunya juga. Ada sempalan yang bikin ketawa kayak temennya Barra yang lucu, dan membuat cerita yang serius jadi terasa ringan. 

Ada scene yang buat ngakak ketawa geli dan ilfeel sih saat Mas Pram, suami Amira hendak mendamaikan dua orang di depannya. 

"Udah ... udah ... kalau gitu aku mau hidup berkeluarga sama semuanya!" Ihh... para Ibu-ibu studio 8 BIP langsung teriak ilfeel ke Mas Pram. Saya akan bertanggung jawab dengan semuanya? Malesin banget kan?

Semua yang hadir di studio 8 malam itu, Rabu 25 Juni 2025 adalah menonton gala premier film karena Torch sponsor dalam film ini. Nggak nyangkanya ibu-ibu juga histeris lagi saat Barra dihadapkan dua pilihan, mau Amel atau Amira? 

Ingat saat scene Amira ngasih buku ke Barra, dan di belakangnya ada Amel. 

Semua adegannya masih terbilang aman, sopan, dan cocok untuk ibu-ibu dan perempuan yang belum nikah juga. 

Ada booth Torch juga besar pada saat membuat festival-festival "Mau Hijrah Fest" ceritanya Amira ikut kajian Muslimah dan mendapat tempat yang menerima saat bersedih. Disana semua mendukungnya. 

We listen, we don't judge. 

Disini gila sih Tissa Biani meranin Amel bagus banget, kebantu sama pemain lama. Suaranya aja pas ngomong keliatan sering olah vokal. 

Amel adalah tunangan Barra, orangnya ceria, jadi MC pas acara kajian, jadi model juga, keliatan agendanya banyak sibuk sana sini, dan bahasa kasihnya memberi, setiap kali ketemu Barra bawain makanan banyak. 

Amel dijodohkan dengan Barra karena perjodohan sejak lama. Padahal Barra keliatan biasa aja ke Amelnya. Sedangkan Amel dekat hubungannya dengan camer juga.

Dan akhirnya Amel nunjukin sikapnya, mulai berubah pas rapat, karena Barra tempo hari bilang pengen istikharah dulu. Amel juga ngelihat foto-foto Barra tempo hari saat menemani Mbak Amira ke Panti. Raut wajah Amel yang biasanya sangat ceria, berubah. 

Sedang tokoh utama dalam film ini, Amira, diajak Barra pergi ke rumah orang tuanya, dikenalkan ke Ibunya, sebenarnya nggak dikenalkan sih, tapi Amira ditinggal sendiri disana, dan disana Ibunya bilang kalau sebenarnya udah dijodohkan, tapi Barra milih perempuan lain. 





Tentu aja perempuan yang pernah mengalami gagal pernikahan akan merasa bersalah banget disini. Dia pun memilih mundur. Terlebih akhirnya ada konflik-konflik Mas Pram datang dan minta balikan ke Amira. Sementara Amel juga minta langsung ke Mbak Amira dengan nada tangisan yang nyelekit sampai ke hati saat minta Mbak Amira ngejauhin Barra--sejak ketemu Mbak Amira, Barra berubah. 

Amira ngejauh bener, dan Amel-Barra tunangan sampai foto pre-wedding di Mekkah. Tapi disana, setting Mekah itu malah jelas terlihat kecanggungan Barra pada Amel. Amel yang terus bilang, "Abang, ayo foto dulu." Kayak hanya jadi cinta satu arah. 

Diminta foto tapi Barra nolak terus. Akhirnya Barra nggak mau lanjut ke Amel, takut malah nyakitin Amel. 

Jujur disini udah kesel sama Barra. Astaghfirullah al adzim! 

Amel juga kaget di Mekkah melihat ada Mbak Amira disana. 

Salah juga sih Barra dulu tidak menyelesaikan hubungan dengan Amel dulu, baru ke Amira sehingga Amelnya sedih. 

Pada akhirnya, karena merasakan rasa sakit tidak dicintai, disini Amel udah ikhlas, dan bilang ke Barra ingin menyudahi hubungan mereka. Sementara Barra akhirnya mengajak menikah Amira, dan Amira bilang mau jadi istri Barra. Ciyeee... 

Nilai untuk film ini 7.5-8 karena kebantu sama acting Tissa yang bagus banget. Amira juga bagus banget actingnya semua scene nangis sukses dia lakukan dalam sekian detik. 

Masya Allah ternyata filmnya diproduksi sama Ridla An Nur. Wah, temen di F2PB dulu! Masya Allah makasih Torch udah ngajak nonton hari ini! Makasih Abi. 

Dua jam kerasa lama sih, tapi sepanjang nonton menguras air mata. Part nanya ke Allah Swt. kenapa aku diberi ujian seberat ini? Itu yang langsung flash back inget masa masa sedih saat kehilangan putra ke-3 untuk selama-lamanya.

Baca juga: Puisi - Bayiku Sudah di Surga

Mau juga nonton film lain kalau ada premiere.. ^_^

No comments