Mengenal Sekolah Kuttab Al Fatih

kuttab al fatih

Dari Jundub bin Abdillah, dulu kami saat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebelum baligh, kami belajar Iman sebelum kami belajar Al Quran. Ketika kami belajar Al Quran, maka bertambahlah iman kami. (HR Ibnu Majah) 

Kuttab adalah lembaga setingkat Sekolah Dasar yang menekankan pada keluhuran adab dan akhlak. Kurikulum utamanya adalah Iman dan Alquran. Di Kuttab, usia santri dari usia 5-12 tahun. Setelah lulus dari Kuttab, berlanjut ke Madrasah Al Fatih.

sekolah kuttab al fatih

Madrasah Al Fatih adalah jenjang pendidikan berasrama SMP dan SMA. Para lulusan Madrasah kelak adalah lulusan yang hafal Al Quran kuat imannya, matang dan mampu mengawal peradaban Islam. 

Menurut Ustadz Budi Ashari, “Zaman dulu Kuttab merupakan konsep pendidikan yang utuh dari usia 5-12 tahun. Kuttab berarti penulis. Kattabi konsep utuh mengembalikan orisinil sampai namanya dan kita berharap sekali mudah-mudahan bukan namanya saja, tapi kita berharap kembali konsepnya juga, tapi hasil didikannya juga.” 

Baca juga: Profil Ustadz Budi Ashari, Lc: Mengupas Tajam Sejarah Peradaban Dunia dan Sejarah Islam

Mengapa nama Al Fatih yang diambil? Karena nama ini sangat inspiratif. Mahmed Khan Sultan ke-7. Umur 24 tahun sudah mendapat penghargaan Nabi. Padahal kita tahu Muhammad Al Fatih lahir 8 abad setelah Rasulullah wafat, namun sudah diprediksi bahwa akan ada orang yang akan membuka Konstantinopel yang tidak lain adalah Muhammad Al Fatih. 

Imam Malik berkata, "Umat ini tidak mungkin diperbaiki kecuali dengan cara generasi awal dulu diperbaiki." 

Pemuda Pemangku Peradaban

belajar iman dan quran kuttab


Bahkan Ustadz Budi Ashari pun dengan lantang mengatakan, "Tidaklah peradaban dipikul kecuali oleh generasi muda. 10 Sahabat Nabi yang dijamin masuk Surga, tujuh orang di bawah 30 tahun usianya. Bahkan lima orang di bawah 20 tahun usianya. Jadi kalau hari ini para Ayah mengabaikan anak-anaknya yang usianya di bawah 20 tahun, Anda ditanya dihadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

'An umrihi fi maa afnaa. Wa an syababihi fiima ablaa'. Anda tak akan pernah bisa menjawab pertanyaan ini di hadapan Allah. Anda berikan mereka permainan. Gadget yang melalaikan. Mereka habiskan waktunya malam harinya  untuk kesia-siaan. Bahkan naudzubillah untuk kemaksiatan. Anda tak akan bisa menjawab pertanyaan Allah ini: Kemana dihabiskan usia mudanya? Kemana diselesaikan usianya?" 

Di Kuttab Al Fatih, bagi calon guru Kuttab Al Fatih diharuskan mengikuti perkuliahan akademi Guru Al Fatih sebagai sarana penyiapan guru-guru yang bukan hanya mentransfer ilmu, tapi bagaimana mereka bisa membangun "ruh" generasi ini. 

Pendidikan yang baik adalah yang mengenalkan pada Rabb-Nya. Dan di Kuttab Al Fatih, bagi calon guru akan mendapatkan perkuliahan Akademi Guru Al Fatih, seperti mendapatkan Pendidikan Sikap, Tazkiyatun Nafs, Psikologi Perkembangan Islam, Quranic View, bahasa Arab, skill, serta wawasan, termasuk ruhiyah. 

“Karena generasi tanpa ruh, seperti mayat yang berjalan,” ungkap Ustadz Budi Ashari, Ayah dari Dihya, Usama, Aisyah dan Hamna ini menjelaskan. 

*

Dalam mendidik santri Kuttab, orang tua atau wali santri Kuttab Al Fatih diwajibkan untuk menyertai anak dalam pendidikannya di rumah, karena sejatinya anak adalah tanggung jawab orang tua. 

Pernah saya berkunjung ke rumah salah satu Ustadz yang pernah juga satu kantor dulu, beliau mengatakan bahwa, “Capek ya? Capek ya jadi wali santri Kuttab mah, orang tuanya capek harus ikut kajian tiap bulan, bahkan para Ayah tiap minggu, lalu harus ngisi laporan santri, harus nemenin murajaah, ziyadah dan menghafal ayat tema. Mending sekolah biasa aja, ya?”

Saya senyum-senyum sendiri. Saya tahu maksud perkataan Ustadz itu “nyindir” tidak benar-benar berkata seperti itu. Itu menjadi lecutan bagi kami (saya dan suami) agar sebagai orang tua sabar dalam mendidik anak, karena memang benar tugas mendidik itu tidak bisa diserahkan kepada sekolah sepenuhnya. Justru mendidik itu pentingnya harus dari rumah, memupuk nilai-nilai Islam. 

Baca juga: Mendaftarkan Anak Sekolah di Kuttab Al Fatih Cileunyi

Bersusah-susah sekarang untuk hasil yang baik nantinya, mudah-mudahan jadi bekal untuk jadi anak yang shalih dan shalihah. Aamiin. 

Saat melihat anak, maka kita dapat melihat bahwa anak-anak itu cermin kita, para orang tua. Kita harus mewariskan kebaikan pada anak, yang bisa mereka teruskan kelak. 

No comments