MEMBANGUN KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN DALAM MEMBENTUK KELUARGA DAKWAH

sumber pinterest
Setelah menikah, mengutip perkataan guru ngaji saya bahwa terdapat proses taaruf yang panjaaang setelah menikah. Pernikahan pada dasarnya adalah mengikat dua hubungan insan menjadi halal, untuk  memperbanyak keturunan, menjaga diri dan mendekatkan diri kepada Allah Swt, serta membangun generasi muslim.

Dalam proses membentuk keluarga yang islami maka perlu adanya komitmen antara keduanya yakni visi misi mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Karena becita-cita ingin menjadi keluarga yang islami, maka pondasinya adalah Al Quran dan Sunnah. Al Quran telah menjelaskan bahwa kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi atau Nasrani. Maka peran orang tua sangat besar sekali dalam mendidik anak, karena baik secara langsung maupun tidak langsung, kedua orang tua selalu dituntut untuk menjadi suri teladan yang baik.

Karena anak sedang berada dalam masa pertumbuhan dan selalu memerhatikan sikap dan ucapan kedua orang tuanya.


Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abdullah bin Abi Bakrah r.a ia berkata:
Aku bertanya kepada bapakku, “Wahai Bapakku, sesungguhnya aku selalu mendengarmu berdoa setiap hati, “Ya Allah, berilah kesehatan pada pendengaranku, ya Allah berilah kesehatan pada penglihatanku,” engkau selalu mengulanginya sebanyak tiga kali setiap pagi, dan tiga kali setiap sore.” Dia menjawab, “Wahai anakku, aku pernah mendengar Rasulullah saw. berdoa dengan doa itu, dan aku suka mengikuti sunnah beliau.”

Maka kedua orang tua dituntut untuk mengerjakan perintah-perintah Allah Swt. dan sunnah-sunnah Rasul-Nya saw. dalam sikap dan perilaku selama itu memungkinkan bagi mereka untuk mengerjakannya. Sebab anak-anak mereka selalu memerhatikan gerak-gerik mereka setiap saat.

“Kemampuan seorang anak untuk mengingat dan mengerti akan segala hal sangat besar sekali. Sementara, seringkali kita melihat anak sebagai makhluk kecil yang tidak bisa mengerti atau mengingat.”

Komunikasi produktif dengan pasangan
Selisih paham sering muncil bukan karena isi percakapan, namun dari cara penyampaian. Maka penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi, agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan.

Awali dengan kesadaran bahwa suami dan istri adalah dua individu yang berbeda dan terima hal tersebut. Setiap suami istri memiliki cara pandang, persepsi yang berbeda-beda. Maka komunikasi dilakukan untuk MEMBAGIKAN apa yang suami ingin katakan, begitu juga dengan istri. Sementara selama ini yang sering terjadi masalah adalah karena memaksakan pendapat suami kepada istri dan sebaliknya.

BACA JUGA: LAKUKAN HAL INI AGAR BUNDA BAHAGIA DI RUMAH

Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI. Bila nalar panjang, emosi kecil, bila nalar pendek, emosi tinggi. maka bila suami dan istri telah dewasa masuk kategori dewasa, maka selayaknya mengedepankan nalar daripada emosi, mendasarkan pada fakta atau data dan untuk menyelesaikan masalah.

Maka wajar bila ada istilah jika emosi suami dan istri sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu, sampai nalar berfungsi kembali dengan baik.

Pada pembelajaran Institut Profesional Bandung oleh Pak Dodik, bahwa terdapat kaidah yang membantu meningkatkan efektivitas komunikasi suami dan istri, yakni:

Kaidah 2 C: Clear dan Clarify 
Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak. Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi hal-hal yang tidak dipahaminya.

Choose the Right Time 
Pilih waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan Anda. Tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan kapan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan Anda.

Dalam membentuk keluarga dakwah, bertanya kepada suami seperti apa keluarga yang ingin diwujudkan? Anak-anak akan dikembangkan seperti apa? Peran apa yang hendak diambil oleh suami dan mana yang diharapkannya dilaksanakan oleh istri? Sehingga suami dan istri bisa menjadi partner tim yang hebat.

Dalam berkeluarga, penting untuk memiliki teladan dalam berkeluarga yakni Rasulullah saw. Bersama suami menyepakati hal-hal terkait mendidik anak dengan selalu menaunginya dengan Al Quran, membacakan sirah nabawiyyah agar anak terbiasa dan mencintai sirah sejak kecil. Selain itu membentuk aktivitas ibadah anak dengan menceritakan hal-hal penciptaan Allah Swt. di sekitar kita dan patut kita mensyukurinya dengan beribadah sebagai bentuk rasa syukur kita.

Sehingga ibadah bukan menjadi hal yang menakutkan. Tapi dengan hal yang mudah dan menyenangkan, misalnya dengan belajar berbagi. Hal tersebut bisa melatih berzakat pada anak. Selain itu dapat pula orang tua membiasakan anak bermajelis dengan orang dewasa dan mengajak anak ke masjid agar anak mendapat lingkungan yang baik sejak kecil. Terutama mengajarkan akhlak Rasulullah saw. kepada anak yaitu jujur, amanah, shiddiq, dan fathonah.

Terutama membangun komunikasi dengan pasangan yakni mengutamakan SALING MEMAHAMI sebagai dasar tumbuhnya kerjasama tim. Setelah itu bisa lebih mudah membicarakan TUJUAN keluarga. Tidak harus sekali jadi, biarkan tujuan ini dinamis dan berkembang. Secara berkala dibicarakan bersama. Dengan mengetahui tujuan bersama dan sasaran masing-masing, setiap anggota keluarga jadi tahu hal-hal yang dibutuhkan yang lainnya. Dengan demikian mereka mengerti bila hendak mensupport yang lainnya.

sumber pinterest
KELUARGA DAKWAH 
Keluarga dakwah menurut Syeikh Rifai Surur adalah keluarga yang tercelup dengan dengan nafas dakwah dan bergerak dengan spirit dakwah.

Dinamika dan lika-liku perjalanan dakwah yang diemban keluarga, bisa menjadi batu ujian yang sangat ideal untuk cinta dan kesetiaan pasangan. Demikian pula sebaliknya, di tengah dinamika cinta dan kesetiaan keluarga, bisa dilakukan pengabdian kepada Allah. Di tangan keluarga dakwah, resiko dakwah justru menguatkan samara dan sebaliknya samara  menjadi media melaksanakan dakwah.

Nabi Ibrahim as setelah menikah dengan Hajar dan dikaruniai anak, Sarah cemburu dengan meminta Ibrahim as menyingkirkan jauh-jauh Hajar dari pandangannya. Ini adalah dinamika samara dalam keluarga. Tapi uniknya, sambil memberi solusi atas dinamika keluarga ini, Ibrahim as diperintahkan oleh Allah untuk menempatkan Hajar dan putranya di Mekah, lembah kering di tengah padang pasir jauh dari kediaman Sarah. Satu pekerjaan untuk dua tujuan; solusi masalah rumah tangga, sekaligus pelaksanaan perintah Allah. Indah sekali!

Dari kisah ini dapat ditarik pelajaran: Laksanakan dakwah, niscaya Allah Swt. akan berikan solusi masalah rumah tangga kita, seperti Allah Swt. memberi solusi masalah rumah tangga Ibrahim! Sebaliknya, abaikan dakwah, niscaya kita hanya akan disibukkan dengan urusan rumah tangga karena tak ada ‘jalan keluar langit’ yang tersedia. Wallahu ‘alam.

3 comments