Profil Gus Baha, Ceramah yang Penuh Guyon Namun Sarat Makna

gus baha


Kangen denger orang ngomong bahasa Jawa? Cukup denger ceramah-ceramah Gus Baha. Ceramahnya asik, penuh guyonan tapi juga sarat makna, dan pesan dakwahnya tetap sampai ke pendengar. 

Sekilas mendengar ceramah beliau rasanya langsung teringat dengan masa kecil yang terbiasa mudik ke daerah Jawa.

Percakapan bahasa Jawa yang bernas, dan bermakna. 

Gus Baha ini juga merupakan murid dari  Mbah Moen atau Syaikhina KH Maimoen Zubair.

Udah tahu kan?

Gus Baha juga merupakan ulama Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Keseharian beliau merupakan ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar tafsir Quran dan Pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur’an Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3IA) Rembang.

Jika gaya para Ustadz seringkali memakai kopiah rapi, Gus Baha justru tampil apa adanya dengan kemeja putih dan kopiah juga tapi dengan pemakaian yang agak berbeda, cukup nyetrik juga.

Terkadang bahasa jawa kasarnya keluar, tapi selebihnya isi ceramahnya bagus. 


GUS BAHA MENERIMA SETORAN SEPUH : MENEMUKAN BACAAN TERBAIK 

Saya sering menerima setoran orang tua. Rata-rata orang tua setoran kuat sampai dua juz. Belum ada yang melewati dua juz, kadang menyerah karena stroke atau mati. Bermacam-macamlah. 

Kesalahan membaca wassamaidatilhubuk jadi hibuk 

Siapa saja yang berkontribusi pada agama saya hormat. Dengan Ustadz Abdul Somad. Ada juga ustadz tidak terkenal saya hormati. Semua dihormati 

Kalau yang tidak cocok fitilkal khoslah 

Kita dididik semua oleh Rasulullah. 

Demi niru Rasulullah agar agar kita selamat darinya. Fal mu’min saliimul shodri. 

Masyarakat suka berlebihan orang Jawa Timur kadang anggaran belanja dipakai sowan. 

“Anak-anak ini tidak sekolah?”

“Tidak apa-apa Gus yang penting sowan.” Kadang rombongan 3 hari.  3 hari ngga sekolah. 

Kecintaannya kita seneng. Tapi kaifiyahnya (tata caranya) kadang tidak cocok. 

Seperti kalau ngaji saya seneng, tapi kalau bawa tiga perangkat namun tidak kunjung paham. Bawa kitab, bawa pulpen, bawa rekaman, itu kan sudah mengalahkan ulama dulu. 

Kalau ulama dulu tidak membawa rekaman, tapi ilmu nya jauh. 

Jadi, saya minta antara kita dan orang-orang mukmin jangan ada dendam.

Walaa taj’al fii quluu binaa ghillallilladziina aamanuu. Saya hormat kepada semua tokoh-tokoh. Dengan acara besar, saya hormati. 

Cuma kita mengingatkan, ada orang yang berjuang tapi tidak terkenal. Ada orang yang berjuang tapi tidak dapat apa-apa. 

Kita juga harus ngomong, agar orang ini juga diapresiasi. 

Tapi yang syiar kita hormati, karena agama ini butuh syiar. 

GUS BAHA Menjaga Hafalan

Kemudian, bagaimana caranya supaya para hafidz Quran mampu menjaga hafalannya di dunia dan akhirat?

Gus Baha memberi saran atau wejangan kepada para penghafal al-Quran. Amalan ini diberikan Gus Baha, supaya para penghafal Quran terbiasa dan mampu jika nanti di akhirat ‘ditagih’ setoran hafalan di hadapan Allah ta'ala.

Amalan Gus Baha tersebut yaitu supaya para hafidz Quran sesekali melakukan setoran hafalan di hadapan Allah ta'ala. Bagaimana caranya? Yakni dengan cara setoran hafalan sampai khatam di dalam shalat. Gus Baha sangat menyarankan amalan ini untuk dipraktikkan, setidaknya sekali dalam seumur hidup. Amalan ini perlu dilakukan ketika suasana hati sedang ikhlas.

“Coba lakukan sendirian, ketika ikhlas. Kalau ketika hatinya tidak ikhlas, lebih baik jangan! Harus dilatih terus sampai bisa ikhlas.”

“Saya pernah mencoba (amalan) itu selama dua bulan setengah. Jika lupa, saya ulangi lagi. Saya pernah coba mengkhatamkan al-Quran di dalam shalat. Itu butuh dua setengah bulan. Dalam satu hari, dua lembar setengah. Jika lupa, saya ulangi lagi. Ketika hati terasa tidak ikhlas, saya pun ulangi lagi. Jika tidak paham maknanya, saya ulangi lagi.”

Gus baha mencontohkan, ulama-ulama besar terdahulu pernah mengkhatamkan al-Quran di dalam shalat, bahkan sampai rutin. Imam Syafii, contohnya, bahkan melakukannya tiap hari. Imam Bukhari, tiap bulan Ramadhan khataman Quran dua kali di dalam shalat. Semua di dalam shalat. Itu merupakan tradisi ulama zaman dahulu. Salah satu ulama Indonesia yang beliau tahu mengamalkan ini adalah KH. Dimyati Pandeglang.

Dalam melakukan amalan ini, Gus Baha mengatakan, hanyalah satu tujuannya, yaitu supaya semaan hafalan Quran kita tidak melulu ditunjukkan di hadapan manusia. Beliau seraya berdoa: “Ya Allah, jika selama ini saya setor hafalan Quran kepada guru, kepada sesama manusia, kali ini saya setorkan hafalan ini kepada-Mu, ya Allah. Semoga setoran hafalan ini Engkau terima, karena Engkaulah dzat yang Maha Baik.”

 Gus Baha juga membeberkan tiga cara menambah kekuatan hafal Qur'an yaitu: (1) bersiwak (2) puasa dan (3) membaca Al-Qur'an. "Sebenarnya afdholnya (utamanya) membaca Al-Qur'an itu, puasa kemudian bersiwak. Tapi ini berdasar ahwal. Kalau mau baca Qur'an disuruh bersiwak, baiknya lagi kalau puasa dulu. Jadi urutan yang dimaksud Sayyidina Ali urutan ahwal," kata Gus Baha dalam kajian Channel "Ngaji Melu Kyai" 10 Oktober 2020 lalu.

Karya-karya Gus Baha 

1. Salah satu Kitab yang ditulis Gus Baha adalah: حفظنا لهذا المصحف لبهاء الدين بن نور سالم. Kitab ini menjelaskan tentang rasm Usmani yang dilengkapi dengan contoh dan penjelasan yang disandarkan pada Kitab Al-Muqni' karya Abu 'Amr Usman bin Sa'id ad-Dani (wafat 444 H). Kitab ini berguna bagi siapapun untuk mengetahui bagaimana memahami karakteristik penulisan Al-Qur'an di dalam mushaf rasm Usmani. 2. Tafsir Al-Qur'an versi UII dan Al-Qur'an terjemahan versi UII Gus Baha (2020). Salah satu ciri khas tafsir dan terjemahan UII yang ditulis Gus Baha dan Timnya adalah tafsir ini dikontekstualisasikan untuk membaca Indonesia dan dengan rasa Indonesia. Dan tafsir dan terjemahan UII ini sama sekali tidak merubah keaslian Al-Qur'an itu sendiri.


No comments