Review: Dunia Sukab Seno Gumira Ajidarma


Semua cerita di “Dunia Sukab” adalah cerita realis. Cerita terdiri dari Dunia Sukab 1,2 dan 3. Di buku ini Sukab bisa menjadi siapa saja. Menjadi tukang becak, pemeran cameo, menjadi pemeran utama, seorang suami, seorang camat atau penjual buah.

Sering SGA mengasosiasikan dengan benda-benda seperti sepatu yang hidup dan menjadi subyek cerita, dan lain-lain. Sekretaris yang sering memakai sepatu hak tinggi sehingga lama-lama lecet.

Tulisan-tulisannya sendiri merupakan tulisan Seno yang belum dipublikasikan seperi Cerpen Penari Kutai dibuat pada tahun 1984. Begitupun cerpen Carmina Burana yang membuat tersenyum-senyum sendiri. Ini pun dibuat tahun 1987.

“Ada apa? Kalian mau kemana?”
“Kami mau ke kota”
“Untuk apa?”
“Kami mau menentukan pilihan”
“Pilihan apa?”
“Entah”

Di dalam cerpen “Potret Keluarga” pun berisi Marni yang memiliki potret keluarga. Ayah membaca Koran sambil mendengarkan radio, Ibu menjahit, Budi belajar, dan dirinya meminang-minang boneka. Dan di akhir, setelah dewasa diceritakan Budi tidak mau pulang ke Indonesia.

Budi memiliki rumah bernama kebebasan. Bahkan diceritakan ia tidak mau pulang ke Indonesia, bahkan untuk menghadiri pemakaman Ayah dan Ibu pun ia tak berani karena tidak mau ditangkap di airport dan mendekam di penjara tanpa pengadilan.

Cerpen “Khuldi” berhasil membuat orang-orang penasaran dan dagangan Sukab selalu laris manis. Hingga penjual-penjual lain pun ikut kesal dan bahagia saat Sukab pindah tempat berjualan.

Dalam cerpen “Hooiyyaaaiyyooo” dibuat tahun 1982 dijelaskan ttentang seorang Mintuk yang itu ingin seperti Ngatiyo yang bekerja sukses di Jakarta. Hal itu yang membuatnya ingin merantau juga bekerja di Jakarta.
Jadi apa
Kata Ngatiyo kita bisa jadi apa saja. Ah, kalau begitu Jakarta memang surga. Bayangkan, jadi apa saja! orang-orang yang pulang kembali setelah berlebaran di kampungnya berjejal memenuhi setiap kendaraan umum yang menuju Jakarta. Setiap orang punya harapan baru untuk menggaet kehidupan yang lebih baik.

Dalam bus itulah, dan dalam seribu bus yang lain, berjejal-jejal, berbondong-bondong, berduyun-duyun-duyun orang-orang bagai semut menuju madu ke arah Jakarta.

Di kampung, kita semakin lama semakin melarat. Kita harus berontak melawan nasib. Kita tidak mau konyol atau menjadi gila membawakan tembang sendirian di bawah pohon beringin Pasir Kliwon.
*
Malam bagaikan jubah hitam raksasa, di langit tidak ada bintang, di kiri – kanan jalan sepi. Jalanan tak terlalu lengang, bus-bus malam tak bisa memamerkan kebolehannya membalap. Iring-iringan bus bagaikan deretan gerbong KA, tapi yang tetap saling menyalip dalam kesempatan pertama.

Paling tidak sudah dua kali Mintuk melihat bus terguling di pinggir jalan, yang satu nungging, moncongnya nyungsep ke dalam lumpur sawah; satunya terbalik, dan penyok-penyok seperti terbuat hanya dari seng.

Namun dalam perjalanan ke Jakarta tak seperti keinginan Mintuk. Ia bertemu para  pencopet yang menguliti semua barang yang ia punya. Hingga Mintuk tertekan perasaannya.
Ia lari terus tanpa bisa berhenti. Menjadi gila. Akhir yang miris.

Cerita “The Pinocchio Disease” cerita Badu yang hidungnya makin panjang dari hari ke hari. Badu sudah 25 tahun menjadi pegawai dan selama itu seperti juga banyak pegawai lain melakukan korupsi. Sudah 25 tahun Badu jadi pegawai dan jumlah korupsinya mencapai Rp 50 Miliar. Semenjak itu hidungnya bertambah panjang 1 centimeter.

Ia berobat datang ke dokter, bahkan dukun untuk menghilangkan penyakitnya. Ia juga ke Jepang operasi hidung, dan saat pulang hidungnya sudah tak panjang lagi.

Namun saat pulang dan hendak berpidato, kamerawan sedang mengambil gambar, hidung Badu tiba-tiba menyodok sepanjang 1 meter. Plop! Lantas sekali lagi Plop! Dua meter. Badu terpacak seperti patung. Cerita Korupsi juga ada di cerpen “Telpon dari Aceh”.

Kisah suami rumah karena terkena PHK dan istri bekerja pun ada di cerpen “Siti dan Suaminya”. Ketika istrinya menjadi sekretaris dan pernah pulang dengan diantar calon nasabah dengan mobil BMW, suaminya marah, “Keluar dari pekerjaanmu sekarang juga atau kita bercerai!”

Setahun kemudian suaminya mendapat pekerjaan baru. Suaminya sudah tidak seperhatian dulu. “Diam-dia ia merindukan kecemburuan suaminya.”

Dunia Sukab Sejumlah Cerita karya Seno Gumira Ajidarma
Pertama kali diterbitkan Penerbit Kompas, 2001
Cet 1, Agustus 2016
Noura Books, PT Mizan Publika
ISBN : 978 – 602 – 385 – 103 - 4

No comments