[RESENSI] MEMBACA SEJARAH 11/9 DALAM NOVEL BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA

Novel : Bulan Terbelah di Langit Amerika
oleh Hanum Rais Salsabila dan Rangga Almahendra
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan keempat, Juli 2014


Cover
Kalian bisa membunuh Ayah, Ibu, dan orang-orang yang kami cintai dalam hitungan detik. Tapi kalian tak akan bisa membunuh cinta kami kepada mereka, meruntuhkan keteguhan kami terhadap keyakinan kami, menaklukkan cinta kami kepada bangsa kami, dan membumihanguskan cita-cita kami untuk Negara Amerika, sampai kapan pun.

Dalam novel ini terinspirasi dari perjalanan Hanum dan Rangga New York selama 12 hari dan di dalamnya, mereka mengisahkan sejarah 11 September 2001 yaitu sejarah Hancurnya menara kembar WTC.

Awal cerita menceritakan dua orang Arab yang lolos dari pengamanan dan menjadi malapetaka selanjutnya. Sedih karena itu adalah oknum. Tentu saja karena islam bukanlah teroris. Islam mengajarkan rahmatan lil'alamin.



Dalam bab 2, pengambilan sudut pandang sudah mulai diambil dari sudut pandang Rangga dan Hanum. Hanum sedang menemani Rangga mengambil studi S3 di Wina. Rangga bekerja sebagai asisten dosen sekaligus mahasiswa S-3, serta sebagai penerima beasiswa pemerintah Austria. Sambil mengisi hari-harinya, Hanum yang belum dikaruniai anak, merasa ingin ada sesuatu yang dia lakukan selain harus menunggu suaminya. Akhirnya Hanum pun melamar pekerjaan kesana kemari berkaitan dengan jurnalistik, dan akhirnya Hanum diterima di Koran harian Heute ist Wunderbar sebagai reporter.

Di Koran Heute ist Wunderbar adalah surat kabar gratis, dan seperti yang dikhawatirkan oleh Hanum, Koran ini akan mengakhiri dominasi surat kabar gratisnya. Untuk mencegah hal tersebut, atasannya, Gertud ingin sesuatu yang luar biasa ditampilkan dalam Koran tersebut. Yang dapat menaikkan oplah. Ternyata untuk hal tersebut harus ada kriteria luar biasa hadir dalam Koran.

Dan Dewan Redaksi ingin Heute ist Wunderbar menulis artikel dengan topic ‘Would the world be better without Islam.’ Gertrud meminta Hanum lah yang menuliskannya. Gertrud memintanya bukan tanpa alasan. Dia ingin orang yang menulisnya nanti adalah seorang muslim. Dan tidak tanggung-tanggung, Gertrud ingin Hanum menulis langsung mewawancarai sumbernya, yaitu ke Amerika.

Kebimbangan menjadi dominan pada diri Hanum. Maka pada saat yang sama, ternyata Rangga juga akan ke Amerika Serikat untuk mengikuti konferensi tentang strategi bisnis dalam lingkungan yang tidak pasti. Dan hal tersebut menjadi tali simpul yang saling berkaitan. Semula Rangga ingin memberi kejutan kepada Hanum. Hal tersebut menjadi tak terduga bagi keduanya.

Setelah 12 hari belum mendapatkan kepastian orang yang diwawancara, Hanum memberanikan diri ikut melihat demonstrasi penolakan pendirian masjid Ground Zero. Mungkin disana dia akan menemukan keluarga yang ditinggal meninggal dalam tragei 9/11. Dan benar saja hal tersebut membawanya mengiring pada pemimpin demonstran, yaitu Michael Jones.

Dari sana ternyata ada pendemo mabuk yang membuat suasana chaos. Hal tersebut membuat Hanum juga terjebak dalam kerusuhan. Hingga Hanum terseret aspal, lututnya terluka, handphonenya terseret berapa jauh jaraknya, dan mati.

BACA JUGA: FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA 

Sebenarnya Hanum tahu dia harus janjian dengan Rangga beberapa saat setelah itu. Namun Hanum tak kuasa pergi. Dia pun berdiam di Masjid New York Manhattan. Sampai tak sadar tertidur sejenak disana. Ada yang datang mendekati Hanum, dan menolong dari lukanya, namanya Julia Collins. Jullia Collins adalah namanya dulu sebelum masuk Islam, namanya sekarang adalah Azima.


Belajar Itsar dari tokoh Ibrahim Hussein
Dalam novel ini, saya sangat suka dan kagum dengan Ibrahim Hussein, suami dari Azima yang berjuang ketika tragedi WTC terjadi. Ibrahim menolong rekan kerjanya yang baru dikenalnya dan menguatkan mereka agar terus berjuang sampai titik akhir. Ibrahim menjadi leader dari Phillius Brown dan Joanna.

Meski akhirnya Joanna tidak kuat dan memilih menjatuhkan diri dari gedung tinggi, Ibrahim terus menyemangati Philip untuk berjuang sampai titik akhir. Meski akhirnya Ibrahim meninggal, namun Islam mengajarkan ikhtiar. Setelah ikhtiar baru tawakkal.

Ibrahim mengajarkan saya agar itsar mendahulukan saudara yang lain. Sediih karena saya masih sangat jauuuh dari hal tersebut. Islam sesungguhnya adalah yang bisa menguatkan dan memberi manfaat pada lingkungannya.

Ibrahim juga mengajarkan toleransi. Meski mertuanya adalah non muslim bahkan pendeta taat, dan tidak menyukai putrinya berpindah agama, namun Ibrahim mengajarkan agar tetap bersilaturahim kepada keluarga.

Azima masuk Islam bukan karena ingin menikah dengan ibrahim. Namun karena pencariannya terhadap agama yang membawanya kepada Islam. Dan tidak sengaja setelah berislam, dia menemukan Ibrahim. Itulah jodoh.

Meski banyak rintangan setelah Ibrahim tiada, Azima terus berjuang mencari informasi tentang suaminya, apakah ada jasadnya, dan bagaimana dia meninggal. Setelah bertahun tahun Azima tak menemukannya.

Ketika bertemu dengan Hanum, Azima sebenarnya tidak mau diwawancarai terkait keluarga korban dari tragedi WTC, namun akhirnya mau juga dengan rasa sedih yang menyayat.

Hal tersebut karena Azima merasa telah membohongi diri sendiri karena Sarah anaknya di rumah saat ada ibunya harus membaca Alkitab namun di saat bersama Azima membaca Al Quran. Hal tersebut semata mata karena Azima menghargai Ibunya. Ibunya terkena penyakit Alzaimer yang selalu teringat kalau Azima telah menjadi muallaf bersama Ibrahim. Dan hal itu menjadikan suaminya meninggal karena sering sakit sakitan memikirkan anaknya yang telah masuk Islam.

Hanum merasa senang akhirnya berhasil menemukan orang yang akan diwawancarainya. Karena selama di New York dia bingung harus mewawancarai siapa. Usulan dari Gertrud tidak ditanggapinya karena tidak ada jawaban. Ternyata pandangan Hanum salah.

Sejarah dalam buku Bulan Terbelah di Langit Amerika
Dalam buku ini juga disebutkan bahwa penemu Amerika bukanlah Columbus, namun jauh sebelum Columbus datang, musafir-musafir muslim dari Tanah China lah yang menemukannya 300 tahun sebelum Columbus. Amazing!

Selain itu dijelaskan pula fakta bahwa dulu orang-orang Moor (sebutannya Morisco) dari Andalusia, yaitu Muslim yang harus berpura-pura murtad untuk menyelamatkan  diri dari Reconquista, gerakan untuk mengusir Muslim dan Yahudi dari tanah Andalusia-Spanyol. Padahal rakyat Katolik sendiri sebenarnya tidak setuju karena mengingkari janji pada Sultan terakhir Granada yang berkuasa di Spanyol.

Di Era Ratu Isabella itulah dia membiayai ekspedisi Columbus intuk mencari tanah jajahan baru bagi Spanyol. Bukan hanya umat Islam dan Yahudi yang dia kejar-kejar, namun juga penduduk asli Amerika –orang Indian- yang akhirnya bernasib sama, diburu dan akhirnya dihabisi oleh pendatang Eropa.

BACA JUGA: JEJAK ISLAM DI LANGIT EROPA 

Orang-orang Moor banyak yang melarikan diri, berlayar tak tentu arah, menerjang badai laut karena tak tahan menipu diri mereka sendiri dengan keyakinan baru. Sampailah mereka ke benua ini, dan mereka mulai membentuk koloni di Tanah Amerika ini, salah satunya disebut Melungeon.

Di Negara bagian California, Indiana, dan Ohio ada kota tua bernama Medina dan Mecca, karena jauuh saat Columbus berlayar, dia menemukan di atas sebuah pegunungan terdapat kubah masjid yang indah seperti di negeri Spanyol, namanya adalah Al Qubbah.

Dalam buku ini pula diceritakan mengenai konspirasi 11 September. Akhirnya Hanum bisa menulis sesuai deadlinenya. Ditambah dengan tugas tambahan dari Gertrud. Yang pasti Hanum yakin bahwa dunia tanpa Islam adalah dunia tanpa kedamaian , islam tanpa amalan adalah kehampaan, amalan tanpa iman adalah kegelapan.

Belajar Kedermawanan dari Phillipus Brown
Dalam buku ini saya belajar dari seorang dermawan yang mendermakan hartanya untuk anak anak Palestina dan anak anak kekurangan (tulis juga pendapat beliau). Beliau juga mengangkat seorang anak. Sungguh mulia hatinya.

Berikut perkataan Phillipus yang membuat saya terenyuh. Philipus berkata bahwa “Di Afrika, orang-orang dilahirkan menjadi manusia namun dikerubungi lalat, selain itu mereka berebut makanan basi karena ingin makan. Sementara Philip ingat anjing dan kucingnya di rumah mereka gemuk dan bulu-bulunya halus karena menyantap biscuit ikan cakalang olahan nomor satu Jepang yang harganya 1000 dolar untuk seminggu.”

“Di Palestina, jutaan anak bercita-cita tinggi, tapi terpenggal sedini waktu. Mereka dipersenjatai tanpa tahu cara menggunakannya, ketika melihat negerinya tak lelah berperang dan berjibaku dengan Israel. Dan aku sudah empat tahun ini mengadopsi seorang anak dari Afganistan. Dia akan memiliki masa depan yang lebih cerah dibandingkan kawan-kawannya di Kabul.”

“Di Indonesia, aku juga pernah melihat bagaimana orang-orang Borneo dan Papua mengantre bahan-bahan pokok, padahal di sekitar mereka terhampar tambang-tambang penghasil minyak bumi, nikel dan tembaga…”

Akhirnya Hanum dan Rangga pun bertemu atas bantuan Azima setelah dua hari dua malam terpisah di negeri orang, meminjam handphone lama Azima yang sudah tidak dipakai.

Keterkaitan semua tokoh dalam satu cerita ada di akhirnya, 11 September, ketika Rangga meminta Hanum dan  keluarga Azima untuk hadir dalam gelaran CNN TV. Hanum pun bisa bertemu dengan Andy Cooper yang merupakan idola presenter Hanum.

Dari sana Hanum tahu kalau ternyata Phillipus Brown adalah korban tragedi 11 September, dia juga merupakan teman dari Michael Jones, suami dari Joanna, dan bos dari Ibrahim Hussein, suami dari Azima. Mendengar penuturan Phillipus Brown mengenai detik-detik kejadian 11 September tersebut membuat Jones tahu kalau ternyata Joanna mengakhiri hidupnya atas pilihan sendiri. Sesuatu yang menyakitkan bagi Jones tentu. Dan Jones berterima kasih kepada Nyonya Ibrahim, karena Ibrahim menyadarkan agar memaknai hidup. Terutama Jones harus melawan penyakitnya sendiri.

Setelah mendapat telepon dari Jones, Phillipus Brown meminta Azima dan keluarga untuk ke panggung. Disanalah Phillipus menyatakan bahwa dalam akhir hayatnya, Ibrahim berpesan menitipkan sebuah kotak kecil untuk Azima. Dan bahagia sekali karena akhirnya Phillipus Brown bisa menemukan orangnya setelah delapan tahun pencarian.

Phillipus membuka kotak kecil yang isinya adalah cincin bulat berdiri melingkar. Di atasnya adalah permata berlian berwujud bulan dan bintang dengan ghafir di dalamnya. Disana tertulis ‘Azima-Ibrahim 11 September 2-nd anniversary.’ Meledaklah tangis Azima. Delapan tahun yang lalu Ibrahim ingin pulang lebih cepat dari kantor barunya untuk bertemu istri dan putrinya untuk memberikan cincin ini. Nyonya Coliins dan Sarah pun turut menangis di sisi Azima. Sarah meski tidak mengenal Ayahnya dari kecil, namun dengan mendengar uraian dari Phillius, tentu merasa amat bangga dengan Ibrahim Hussein, Ayahnya.

Ketika rembulan bertawaf dalam orbitnya setiap malam. Dia mengutus Rasul Sang Mutiara istimewa yang dari wajahnya terpancar cahaya seribu bulan. Dengan kekuatan iman dan sucinya amalan, dirinya pun membelah bulan; atas-Nya memenuhi permintaan mereka sendiri. Mukjizat itu tersuguh di depan mata. Namun tak mudah ditelaah oleh lemahnya pemahaman sang makhluk. Sungguh makna mukjizat yang sebenarnya bertahta jauh di atas sang bulan, bintang, dan cakrawala angkasa, dan mereka masih saja mengingkari singgasana-Nya. (hlm 324)

Mengambil dari kata-kata Hanum bahwa 11 September 2001 sejatinya adalah peristiwa yang telah diskenario Tuhan. Bukan hanya ujian bagi Azima, Phillipus, Jones dan ribuan orang yang kehilangan orang tercinta. Namun juga ujian bagi kita semua. Ujian kemanusiaan.

***Alhamdulillah seneng bisa baca buku ini akhirnya, karena belum sempat nonton di bioskop dulu saat ada premier n penayangannya di bioskop..