Kaum Khawarij dari Zaman Rasulullah saw., Kekhalifahan, dan Saat Ini

Dari 6000 orang di masjid saat itu, 2000 orang bertaubat kembali kepada pemikiran yang benar. Sedangkan sisanya, 4000 orang meski sudah segamblang itu masih tidak mau kembali.
Siapa kaum Khawarij? 
Khawarij berasal dari kata Khoroj yang berarti keluar dari pemerintahan yang sah. Bukan bentuk suatu jihad, tetapi keluar dari ketaatan Islam.

Kaum Khawarij telah ada pada zaman Rasulullah saw. tepatnya saat perang Hunain. Saat itu Rasulullah saw. membagi-bagikan ghanimah kepada orang-orang yang baru masuk Islam.

Orang-orang Khawarij yang melihat Rasul membagi-bagikan ghanimah banyak kepada muallaf lantas tidak suka. Bahkan mereka lancang tidak sopan mengatakan bahwa Rasulullah saw. tidak adil. Seakan-akan tidak adil. Padahal orang yang telah masuk Islam lebih dulu seharusnya faham.

Lalu Rasulullah saw. mengatakan, "Sesungguhnya akan keluar dari orang-orang ini keturunan yang membaca Al Quran tidak melampaui kerongkongannya, membunuh orang Islam, dan membiarkan orang musyrik."

Setelah itu, bahkan di zaman Abu Bakar, Umar bin Khattab ada juga kaum Khawarij, namun tidak terang-terangan. Mereka muncul ketika pemimpinnya ada masalah. Hingga mulailah terang-terangan mereka di masa Utsman. Saat Utsman menjadi khalifah wilayah Islam semakin luas, armada laut dibuka, dan hal tersebut membuat iri dengki orang musyrik kepada Islam.

Kaum Khawarij fanatik tapi tidak punya ilmu dan islam. Mereka termakan hasutan, dan menuduh Utsman, sampai mengepung khalifah dan membunuh Utsman, Bahkan mereka tak segan mengkafirkan sang khalifah. Kaum Khawarij membunuh Utsman bin Affan r.a. yang sedang membaca Al Quran.

Di zaman Ali bin Abi Thalib ketika menjadi khalifah, kaum Khawarij memandang Ali benar. Ketika itu terdapat 2 kubu yakni kekhalifahan yang dipimpin Ali dan Muawiyah memberontak kekhalifahan yang sah. Kemudian keduanya bernegosiasi. Saat itu dari kubu Ali adalah Ali sendiri, dan dari kubu Muawiyah oleh Amr bin Ash.

Melihat itu, kaum Khawarij membelot dari kekhalifahan Ali. Mereka berdalih bahwa yang menyelesaikan masalah bukan Al Quran. Masalah dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.
"Pemikiran kaum Khawarij bahwa orang yang berdosa besar langsung dihukumi kafir adalah salah. Padahal dosa besar tidak lantas kafir," ujar Ustadz Budi Ashari dalam acara Khalifah awal bulan Oktober 2017 lalu di Trans 7.
Kebijakan bagi kaum Khawarij di zaman kekhalifahan Ali 
Lalu Khalifah Ali membuat kebijakan bagi kaum Khawarij, seperti dalam buku Tarikhul Umam wal Muluk (Tarikhul Rusul wal Muluk) karya At Thabari bahwa:
  1. Kami tidak melarang shalat di masjid di tempat kami shalat
  2. Kami tidak mengambil harta rampasan perang, tapi jika mereka ingin harta rampasan perang harus ikut perang bersama kami 
  3. Kami tidak akan memerangi kalian hingga kalian memerangi kami
Keheranan kaum Khawarij dan penyelesaiannya 
Keheranan mereka yakni:
  • Ali memberi keputusan kepada manusia bukan pada Al Quran dan itu kafir 
  • Ali perang menang tidak mau menawan dan mengambil ghanimah dan mereka (kaum khawarij) heran 
  • Menghapus kata Amirul Mukminin dalam pelekatan dirinya (ali). Lalu kaum khawarij berpikir kalau tidak mau melekatkan kata Amirul mukminin berarti Amirul kafir. 
Cara berpikir yang patah!
Abdullah bin Abbas lantas menjelaskan kepada kaum Khawarij secara terang mengambil ayat Al Quran QS Al Maidah ayat 95 bahwa bermuamalah sesama manusia dengan Allah Swt. menafsirkan menghukumi sesuatu tidak dikatakan benar.

Pemikiran pertama yang diluruskan oleh Abdullah bin Abbas adalah seperti masalah dari pihak laki-laki mengirimkan hakim dan dari pihak istri mengirimkan hakim. Lalu dijelaskan pula lebih mudharat mana darah muslimin atau seorang perempuan. "Sesungguhnya kalian berpusar dalam dua kesesatan."

Lantas masalah kedua, yakni keheranan kaum Khawarij tentang Ali yang tidak mau menawan dan tidak mengambil ghanimah. Itu terjadi saat Perang Jamal, saat Ali berhadapan dengan Aisyah istri Rasulullah saw. Ali berhadapan dengan Ummul Mukminin.
"Apa ada yang berani menawan istri Rasul? Apa ada yang berani melakukan itu? Apa kalian (kaum khawarij) ingin mengatakan Aisyah itu kafir? Sedangkan Rasulullah saw. sendiri berkata, "Nabi lebih berhak untuk orang-orang beriman. Dan istri-istri Nabi adalah ibu-ibunya orang beriman (termasuk Aisyah adalah ibunya orang-orang beriman)."' Ustadz Budi Ashari menjelaskan.
Mengambil ghanimah apa Ali rela? sedangkan lawannya saat itu adalah sesama Muslim?

Permasalahan ketiga, Abdullah bin Abbas mengumpamakan seperti saat perjanjian Hudaibiyah dilaksanakan, yakni saat nama Muhammad Rasulullah hendak dituliskan, namun orang kafir tidak setuju dengan penggunaan nama tersebut, sehingga meminta Ali menulis Muhammad bin Abdullah sehingga mereka setuju.
"Dengan menghapus kata Rasulullah, dan mengganti Muhammad bin Abdullah tidak lantas menghapus kenabian dari dirinya, atau Ali dengan tidak mau mencantum Amirul Mukminin tidak lantas menghapus kekhalifahan dari dirinya. Itu hanya sebuah nama." ujar Ustadz Budi Ashari menjelaskan pemaparan Abdullah bin Abbas kala itu.
Dari 6000 orang di masjid saat itu, 2000 orang bertaubat kembali kepada pemikiran yang benar. Sedangkan sisanya, 4000 orang meski sudah segamblang itu masih tidak mau kembali.

Kaum khawarij mereka ahli ibadah, ahli sedekah, penghafal Al Quran dan Hadits namun apa yang dibaca tidak mampu menerangi hati dan pikirannya.

Dari Ustadz Budi Ashari, Ciri kaum Khawarij yakni:
  1. Sangat mudah mengkafirkan yang melakukan dosa besar. 
  2. Sangat mudah memberikan dalil Al Quran dan Hadits meski tidak tepat.
  3. Kerap melawan pemerintahan yang sah di suatu negara dan diakui suatu negara 
Cara menghadapi pemikiran Kaum Khawarij ialah:
  1. Jangan melawannya dengan kekerasan 
  2. Kirimkan seorang ahli ilmu dan ahli Al Quran karena mereka hanya menerima dari orang ahli ilmu dan ahli Al Quran 
  3. Berlaku adil kepada masyarakat dengan memberi hak-hak secara adil.

No comments