Ngobrol Asik Bareng MPR RI: Mengurai Benang Kusut Permasalahan Negeri

Pak Zul Hasan menjawab pertanyaan netizen

Hari Senin lalu (11/12), ketika Bandung mulai beranjak senja, langit telah berubah agak mendung, menemani senja di pusat kota Bandung bertempat di Hotel Aston Tropicana Cihampelas lantai 8, berkumpul netizen di acara Gathering Netizen MPR dan BloggerBdg.

Acara dibuka oleh MC, Bu Lia. Sebelum acara dimulai, semua yang hadir menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sayup-sayup lagu kebangsaan menyatukan semua perbedaan, dan menyatukan cinta kami kepada tanah air.

Setelah itu Ketua MPR RI hadir ke tengah-tengah kita, Zulkifli Hasan yang biasa dipanggil Zul Hasan membuka acara Ngobrol Bareng MPR RI. Ini sudah kali kedua acara MPR di Bandung.

Baca juga: Menanamkan Cinta 4 Pilar MPR RI kepada Anak Bangsa

Acara dibuka dengan pertanyaan-pertanyaan dari netizen yang menyampaikan uneg-uneg seputar pemerintahan saat ini yang dirasakan oleh netizen.

Pertanyaan dari netizen umumnya dari mulai gas yang sulit di masyarakat, permasalahan terkait sampah, dan pembajakan buku. Bagi penulis itu mencekik. Kemudian Pak Zul Hasan berucap bahwa, “netizen bisa mengubah peradaban."

Netizen Bisa Mengubah Peradaban 


Beragam profesi terjerat korupsi

Pengumuman penting! Bahwa IYA netizen bisa mengubah perubahan. Pak Zul berkata, “Pembajakan buku itu MERAMPOK! Itu KORUPSI! Maka penting terus menyuarakan hal ini. Maka teruslah BERGAUNG karena hal itu bisa mengubah peradaban."

Seperti yang kita tahu bahwa bacaan-bacaan buku berkualitas merupakan pendidikan kepada anak bangsa ini. Pak Zul juga mengulas beberapa Negara yang berpandangan maju seperti Negara Scandanavia. “Disana tidak perlu ada KPK, karena memang tidak ada kasus korupsi. Disana juga kalau nemu hp, dia akan telpon, mencari yang punya hp, dan mencarinya sampai ketemu. Justru lebih terhormat ketika mengembalikan. Merasa terhormat dan itu tidak bernilai rupiah. Jadi disana orang kehilangan itu ngga ada.”

Beliau melanjutkan lagi, “Kalau di Indonesia anehnya meski ada KPK, tapi anehnya korupsi jalan terus.” Sebuah ironi.

Kematangan masyarakat itu menentukan 
Implementasi sila sila Pancasila

“Korupsi itu urusan KPK? Sampai kapan urusan korupsi ngga akan kelar-kelar,” sindir Pak Zul. Pak Zul menjelaskan bahwa, “Di Negara Jepang ngga ada TPA (tempat pembuangan akhir). Itu jadi urusan masing-masing. Dengan dikubur sampai organik jadi kompos, dan sebagainya. Keberhasilan adalah kewajiban masing-masing kita.”

“Walikota itu pilihan rakyat, Bupati pilihan rakyat, DPR pilihan rakyat. Jadi yang memilih pemimpin yang mesti tanggung jawab. Tidak buang sampai sembarangan, dan seterusnya. Jadi kesadaran itu penting,” ungkapnya lagi.

“Kematangan masyarakat juga meliputi saling menghormati, ngga tiba-tiba kalau ada masalah langsung marah duluan, tidak rasional, saling menghujat, jelek seperti itu. Meluruskan itu peradaban mulia,” tambah Pak Zul menanggapi pertanyaan netizen atas kasus Persekusi Ustadz Abdul Somad di Bali.

“Isu SARA DKI sebenarnya mempermasalahkan antara kita dan kita. Hanya adu konsep Gubernur. Maka  kematangan masyarakat diperlukan.”

19 Tahun Reformasi
Menjahit Kembali Merah Putih

Pak Zul menyatakan bahwa sudah 19 tahun lewat sejak berubah status menjadi Tahun Reformasi. Dulu pemerintahan berpusat pada kepala Negara atau presiden, yang akhirnya bersifat “centeristic” dan otoriter. “Dulu ngga boleh kayak gini (berkumpul, ngobrol bareng berbincang tentang Negara. Bisa ditangkap.” Sampai akhirnya muncul Sistem Demokrasi, harus disyukuri.

Diantara permasalahan negeri, Pak Zul merangkum dalam empat poin:
1. In Justice (Penegakan Hukum)
Bahwa terkadang penegak hukum yang tebang pilih, sehingga tidak adil “yang ini dikerjakan terlebih dulu, yang ini diakhirkan.”

2. Pengangguran.
Saat ini Negara kita digempur banyak tenaga kerja dari Tiongkok, Thailand, China, sedangkan anak negeri kesulitan untuk bekerja, sehingga berakibat membludaknya pengangguran. “Ini masalah kita.” Ujar Pak Zul.

3. Korupsi.
Banyak yang ketika sudah menjabat menjadi public figur pemimpin kemudian berupaya untuk balik modal karena sewaktu dulu misal jor-joran bayar iklan semasa kampanye, bayar saksi, dan lain-lain. Akhirnya malah korupsi.

4. Kesenjangan antar Daerah dan pulau
“Saat MPR berkunjung ke Maluku 1000 pulau. Alam indah, namun untuk ke belakang saja mesti ke sungai atau laut. Mereka rakyat Maluku mempertanyakan mengapa berbeda dengan di kota?"

"Kalau ke Bandung segala ada. Sekolah, bangunan, Rumah Sakit, akses mudah, sedangkan di daerah, luar pulau sangat terbatas. Itu masalah kita,” kata Pak Zul lagi.

Pak Zul menganalogikan bahwa, “Merah Putih kita agak koyak-koyak sepertinya.” Kemudian berkata lagi, “Biar utuh, mari kita jahit kembali merah putih kita.”

“Jangan ribut karena soal suku, umat islam itu ngga jahat. Bali juga ngga jahat. Masih banyak orang baik. Saya disini Islam, dan anda semua rata-rata beragama Islam. Jika ada masalah seperti persekusi Ustadz Abdul Somad itu adalah segelintir (baca: sedikit) dari umat. Jika kita ribut, bisa pecah kita sebagai masyarakat negeri.”

Jadilah Pelopor memperkuat persatuan kesatuan Indonesia
Saat ini generasi zaman now harus beda. Anak muda harus berhasil dalam 5 point, yakni:
1. Harus kokoh dasarnya.
Misal basic dari Bandung, maka kita kenal dengan sejarah Bandung, mengerti bahasa Ibu kota Bandung, dan sebagainya.

2. Mengerti negerinya.
Selain cinta tanah air juga penting memperjuangkan persatuan negeri ini. Jangan terkoyak-koyak atau berpecah.

3. Harus punya ilmu.
“Kita bisa memprediksi apa yang akan terjadi 2 tahun ke depan, 5 tahun ke depan, atau 10 tahun ke depan. Mengapa kita impor sapi? Karena sapi kita disini masih sedikit, sedangkan sapi impor itu memakai rekayasa beratnya jauuh dari sapi Indonesia. karena mereka punya ilmunya. Maka penting kita harus punya ilmu.”

4. Cekatan
“Pintar tapi malas? Ngga bisa. Maka harus cekatan juga.”

5. Jaringan
Dengan jaringan kita kenal dengan berbagai link dalam dan luar negeri. Kalau seperti itu baru bisa hebat. Dan tantangan bagi kita.

Pesan terakhir beliau yakni penting kembali pada nilai-nilai Negara kita, yakni ketuhanan yang Maha Esa, kesenjangan lawan karena ada persatuan. Sore itu rasanya benar menambah hawa segar setelah ruwetnya mengurai permasalahan negeri. Merasa positif dengan wawasan yang cerdas dari Pak Zul Hasan, senang karena bisa bertemu dengan sosok pemimpin dan bertukar wawasan dengan rakyatnya.




Akhirnya acara ditutup dengan berfoto bersama bersama Pak Zul, juga menikmati kudapan sore. Acara berlanjut sampai adzan maghrib berkumandang, dan para peserta pun pamit pulang membawa cerita tentang menjahit kembali merah putih.

10 comments

  1. Seru yah teh ngobrol bareng MPR jadi banyak yang diketahui.

    ReplyDelete
  2. salam. wah, saya gagal fokus di bagian negara Skandinavia dan kelewat point ke empat menjadi generasi millenial :D

    ReplyDelete
  3. Semoga dengan banyaknya generasi yg berhasil, negri kita bisa terus maju ya hehe

    ReplyDelete
  4. Ahh ga nyangka, ngobrol MPR kemaren santai banget yaa, sekelas ketua MPR gitu loh

    ReplyDelete
  5. Ternyata blogger dan netizen berperan penting yah untuk mencerdaskan bangsa

    ReplyDelete
  6. Asik banget ini emang acaranya. Santai tp menginspirasi ^^

    ReplyDelete
  7. Banyak ilmu ya teh ngobrol MPR nya. Selalu ingin ikut tapi bentrok terus sama waktu ngantor 😂

    ReplyDelete
  8. Berani milih berani dengan resiko pilhannya, ya, Teh. Ah jleb ini.

    ReplyDelete