Peran Orang Tua Terlibat Aktif Dalam Mengedukasi Anak



Anak pintar itu ada waktunya, karena yang pertama kali berkembang adalah pusat perasaannya. Anak usia dini harus jadi anak bahagia, bukan jadi anak pintar. (Elly Risman, Psikolog Anak)

Hampir setiap orang tua berfikir saat menyekolahkan anaknya, mereka berharap agar anak menjadi pintar, berprestasi. Tak sedikit orang tua yang percaya, lantas berlepas tangan ketika anaknya sudah sekolah, menyerahkan seluruh tanggung jawab pada sekolah.

Beban orang tua yang memiliki kesibukan tingkat tinggi, baik suami maupun istri yang berkarier di kantor, biasanya memiliki nanny untuk membantu pekerjaan sehari hari. Di balik semua itu, orang tua tetap mesti meluangkan waktu membagi perhatian untuk anak. Keluarga tetap nomor satu.

Komunikasi yang baik antara istri dan suami
Yang harus diperhatikan bahwa penting berkomunikasi dengan pasangan, baik itu pola asuh selama ini, permasalahan yang dihadapi, dan penting untuk selalu kompak di depan anak-anak. Demi anak-anak, Ayah-Bunda harus hadir sebagai satu kesatuan; segala perselisihan pendapat tidak ditunjukkan di depan anak-anak. Jika Ayah-Bunda kompak, anak-anak akan terhindar dari kebingungan.

Peran Orang Tua Terlibat Aktif dalam Mengedukasi Anak
Penting orang tua memberikan hak-hak kepada anak untuk masa pembentukan kecerdasan yang optimal dari segi pribadi dan juga ilmu.

1. Berfokus pada kemandirian anak dengan sabar dan telaten
Peran keluarga dalam mendidik anak usia dini tentu harus memiliki standar. Seperti misalnya orang tua yang berfokus pada mendidik kemandirian. Dari usia 15 bulan anak sudah diajari toilet training. Nah, hal tersebut akan membuat anak lebih siap di masa mendatang. Dan mesti ada kesamaan antara mengajarkan di sekolah dengan di rumah. Misal: di sekolah diajari Miss ke toilet untuk toilet training, tapi di rumah masih pakai pampers kan sayang. Jadi mesti berbarengan.

Berbeda halnya dengan anak yang tidak disiapkan, atau terbiasa FULL SERVICE, sehingga hal itu akan menjadi bumerang bagi orang tua sendiri di masa mendatang.

Hal ini dikarenakan  keterlibatan orangtua terbukti sangat efektif dalam meningkatkan perkembangan anak dalam hal belajar dan memodifikasi tingkah laku mereka (Hornby, 2005).

Hal hal kemandirian yang mestinya diajarkan, namun anak anak usia 4 tahun masih bermasalah:
a. Kemandirian toilet training
Anak usia 2 tahun sudah mesti bisa mengatakan mau pipis atau buang air besar. Hal tersebut dapat membantu orang tua dan anak lebih mandiri.

b. Dot
Masalah kemandirian yang lain misal anak masih pakai dot usia 2 tahun. Padahal semestinya usia 1.5 tahun pun sudah bisa dialihkan ke gelas, atau secara bertahap mulai dikurangi pemakaian dot. Jadi usia 2 bisa benar-benar lepas dot.

c. Gadget
Beberapa waktu yang lalu saya hadir ke event Parenting “Iya Boleh”. Disana materi kedua dari Prof. Sujatmiko, Pakar Tumbuh Kembang Anak Dancow Parenting Center Expert bahwa, “Jangan sampai anak kecanduan gadget, game, dan juga video. Jikapun gadget digunakan terukur waktunya dan jadi media interaksi antara orang tua dan anak, juga jadi sarana edukasi. Dalam menonton Screen time juga anak sehari 2 jam saja, sisanya biarkan anak bereksplorasi di luar. Karena kalau anak sudah addict gadget akan membuat kemampuan verbal rendah, kemampuan sosial juga rendah” Kata Prof. Sujatmiko.

Sebenarnya yang terpenting pun anak juga ditemani orang tua saat keterlibatannya dengan gadget, dan ada pembatasan konten yang bisa diakses.

2. Masa belajar dan Menuntut Ilmu
Dalam mendidik anak, yang perlu kita isi selain fisiknya dengan makanan sehati bergizi, juga dengan kepribadiannya dengan baik, juga dengan meletakkan kaidah mendasar masa kanak-kanak adalah masa belajar dan menuntut ilmu. Dan juga masa paling subur untuk pembentukan ilmu dan pemikiran.

3. Memilihkan guru yang baik dan sekolah yang layak
Dari buku “Prophetic Parenting Cara Nabi Mendidik Anak” bahwa penting memilihkan guru yang baik dan sekolah yang layak bagi anak. Guru akan menjadi cermin bagi si anak merefleksikan adab-adab sebelum menuntut ilmu, dan memilihkan guru dan sekolah yang layak adalah penting agar anak bisa menyerap ilmu dan senang saat belajar.

Dengan tempat yang ramah, belajar yang menyenangkan melalui game yang menarik, siswa pun mendapat berbagai macam fasilitas dari mulai indoor dan outdoor yang bagus, guru yang profesional, bersemangat, penuh perhatian, dan lingkungan belajar yang positif serta menyenangkan untuk anak.

4. Mempelajari bahasa
Bahasa adalah kunci segala ilmu pengetahuan. Dengan memberi pengajaran bahasa seperti bahasa asing dapat menjadi sarana bagi anak untuk mudah menguasai ilmu pengetahuan apapun yang dia pelajari.

5. Mengarahkan bakat anak
Anak itu unik.  Kak Lintang, founder kidzsmile berkata bahwa, “Tidak semua harus menjadi akuntan, polisi, sekretaris, penulis, guru, dan sebagainya. Untuk menemukan minat dan bakat anak yang tepat, anak-anak dapat dipaparkan dengan aktivitas berhitung, menulis, mengajar, bercocok tanam, dan semua hal lain dapat mereka coba. Sampai, pada akhirnya, secara naluri dia memilih sendiri apa yang cocok menurut dirinya.”

“Jadi sebenarnya bukan berarti semuanya cita-cita menjadi presiden. Akan tetapi expert di bidangnya masing-masing seperti expert di Biologi, Olahraga, dan sebagainya yang bertujuan memakmurkan di bumi dan seseorang optimal dengan tugas tumbuh kembangnya.”

6. Mengenal gaya belajar anak
Dari Buku Bunda Sayang 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak, bahwa orang tua bisa membantu proses belajar anak dengan mengetahui gaya belajarnya. Seperti anak yang memiliki gaya belajar visual, maka orang tua dapat membantu dengan menyediakan buku-buku pelajaran bagi mereka. sehingga anak mudah menyerap. Bagi orang tua yang gaya belajar anaknya auditorial, kita bisa menjelaskan kepada anak-anak hal-hal yang kurang dipahami, dan menyediakan bahan yang bersumber dari kaset, cd. Sedangkan anak kinestetik lebih suka praktik dibanding teori.

7. Membuat perpustakaan pribadi
Rumah harus memiliki perpustakaan agar anak dapat tumbuh bersama buku-buku yang terdapat dalam perpustakaan tersebut. Pentingnya rumah memiliki perpustakaan pribadi untuk pembangunan ilmu yang kuat bagi anak.

“Ketika seseorang menjadi ilmuwan, warisannya berupa buku-buku langka dan ilmu lengkap, si  anak akan memandang bahwa menuntut ilmu adalah bagian dari hidupnya dan aktivitas belajar mengajar akan lebih cepat memainkan perannya.”

8. Kebutuhan bermain dan Kebutuhan Pujian (Reward) untuk anak
Selain itu, bagi saya anak itu selain kebutuhan needs nya dipenuhi (makanan yang sehat), juga mereka juga perlu kebutuhan sosial seperti kebutuhan bermain bersama teman-temannya.

Dalam buku "Yuk, Jadi Orang Tua Shalih Sebelum Meminta Anak Shalih" karya Abah Ihsan, bahwa penting pula untuk memuji anak ketika anak melakukan hal yang baik, misalnya “Hebat kamu bisa bangun mendahului Bunda. Begitu terus dong, besok jangan sampai terlambat lagi, ya.” Hal tersebut berguna untuk membangkitkan motivasi anak untuk menjadi lebih baik lagi.

“Sebagai orang tua, anak harus difasilitasi pula dalam pembelajarannya. Tak perlu memfasilitasi dengan barang mewah, cukup dengan membacakan buku atau mendongeng, bercerita tentang masa kanak-kanak kita sebagai orang tua, merutinkan momen bersyukur pada anak yakni kita bisa memberi contoh menyebutkan satu hal yang paling kita syukuri hari ini, mencari jawaban di buku ketika kita tidak tahu namun anak menanyakannya, atau juga memberi anak kesempatan membantu Anda dalam tugas-tugas rumah tangga.”, tambahnya lagi.


Anak Tumbuh Menjadi Anak yang Bahagia
Meski banyak tuntutan, tapi sebagai orang tua, tetap kita bertumpu pada proses dan hasil bukan menjadi tujuan utama. Sebagai orang tua, kita jangan memaksakan anak untuk mencapai target-target di luar kemampuannya. Penting sebagai orang tua untuk tetap memastikan anak tumbuh menjadi anak yang bahagia terlebih dulu dibandingkan dengan anak yang pintar.

Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua
Peran pendidikan merupakan tanggung jawab yang besar bagi orang tua. Dan keluarga adalah tempat penanaman nilai, orang tua yang menentukan, tujuan Pendidikan anak-anaknya dan mau dijadikan apa mereka.

Jadi meski anak sekolah, bukan berarti tanggung jawab orang tua untuk mendidik menjadi gugur. Tetap harus ada proses asah, asih, asuh. Sehingga sekolah menguatkan pendidikan di keluarga.

Kak Lintang, founder Kidzsmile mengungkapkan bahwa, “Bila perlu dalam mendidik anak, orang tua mencarikan fasilitas dan sumber-sumber lain untuk mendukung proses pendidikan anak-anaknya, termasuk memilihkan sekolah yang sesuai, sesuai dengan tujuan pendidikan keluarga.”[]


Sumber bacaan: 
Ibu Profesional, Institut. 2013. Bunda Sayang 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak. Jakarta. Penerbit Gazza Media.

Nur Abdul Hafizh Suwaid, Muhammad. 2009. Prophetic Parenting Cara Nabi Mendidik Anak. Yogyakarta. Penerbit Pro-U Media. 

27 comments

  1. iya bener, yang utama harus dibangun ketika mendidik anak adalah agar anak bahagia. karena jika anak bahagia maka dia dengan sukarela dan ikhlas akan bersungguh sungguh menjadi baik

    ReplyDelete
  2. mbak, suka sekali tulisannya sangat informatif dan aplikatif. Setuju dengan quotes paling awal, bahwa nomer satu adalah bahagia, bukan pintar, karena saya juga pernah baca-baca katanya kalau di push untuk pintar malah anak bisa jadi depresi ketika dewasanya...

    ReplyDelete
  3. Tantangan terbesar dalam mengasuh dan mendidik anak adalah saling mengalahkan ego dengan pasangan ya.
    Bagaimana kita bisa terlibat langsung dengan baik jika suami istri gak seiya sekata hehehe.

    Yang masih PR bagi saya adalah membuat anak saya selalu bahagia, dan menganggap saya maupun ayahnya sebagai sahabat yang nyaman buat anak :)

    Dan iyes, setuju banget, memilih sekolah yang terbaik juga salah satu ikhtiar dalam mendidik anak dengan baik :)

    ReplyDelete
  4. berat emang ya teh jadi orang tua, sebisa mungkin harus memfasilitasi anak dengan banyak hal, tapi bukan berarti harus mahal atau gimana, yang penting ada kemauan orang tua memberikan yang terbaik.Orang tua harus kreatif dan mau belajar terus menerus.

    ReplyDelete
  5. Itu dia mba, kadang tuntutan orang tua terlalu tinggi ya. Penginnya punya anak pintar, namun terlupakan soal kebahagiaan anak. Pre school yang menyenangkan seperti Apple Tree ini semoga bisa bantu anak2 tumbuh maksimal berlandaskan kebahagiaan.

    ReplyDelete
  6. Kalo dibuat list, banyak banget ya peran orang tua buat anak-anaknya, terutama dalam hal edukasi. Termasuk memilihkan sekolah yang cocok dan sesuai dengan anak. Aku sampai sekarang masih aja suka kagetan dengan tuntutan dalam mengedukasi anak. Padahal anak udah 4. Memilih sekolah yang pas, lumayan membantu orang tua dalam hal ini.

    ReplyDelete
  7. Menjadi orangtua itu sangat berat ya mbk, banyak sekali tugasnya. Mulai dari memberikan pendidikan sedini mungkin dirumah sampai harus mencari sekolah yang tentunya yang terbaik bagi anak

    ReplyDelete
  8. sneneg banget kalau sudah bisa memahami kebutuhan anak ya bund. Saya sendiri nih di rumah masih kadang galu kalau mau mendorong anak untuk maju. kalau ikutan test ini akan jadi lebih mudah untuk mengarahkan anak sesuai minat dan bakatnya, begitu ya?

    ReplyDelete
  9. Orang tua harus sepakat dulu, baru bisa memilih dan memutuskan tentang membimbing anak dari lahir hingga sekolah. Alhamdulillah kami sepakat soal memilih sekolah dengan dasar agama. Jadi nggak pernah sih berselisih paham soal pendidikan anak-anak selama ini

    ReplyDelete
  10. Banyak ya mba PR kita sebagai orang tua. Aku senang kalau bisa belajar banyak untuk menjadi orang tua ya g lebih baik lagi.

    ReplyDelete
  11. Saya termasuk orang tua ya ketat masalah kemandirian :D tapi kalau konsisten memang terasa sih hasilnya anak saya juga usia belum genap 3 tahun sudah bisa buka baju dan pakai baju sendiri, walau sepele tapi bikin saya seneng :D

    ReplyDelete
  12. Ah benar sekali, apapun goalnya dalam proses pendidikan anak, menjaga mereka tetap bahagia itu sangat penting. Jangan sampai anak-anak merasa stress karena belajar.

    ReplyDelete
  13. Mempelajari gaya bahasa dan belajar anak saat ini yang saya lakukan agar lebih memahami dan mengarahkan serta menemani anak mbak.

    ReplyDelete
  14. bener banget nih mba. Orangtua itu akar yang paling penting dalam mendidik anak. Guru saja ga cukup.

    ReplyDelete
  15. Paling sulit itu ketika berhadapan dengan gadget deh kayaknya ya Mbak. Kadang me time orangtua itu berselancar via gadget, anak pun jadi ikut-ikutan. Tapi soal sekolahan, emang kt harus banget pilih yang tepat, yang mengerti kebutuhan anak sesuai dengan perkembangan anak :)

    ReplyDelete
  16. Iya bener mbak anak pinter itu ada waktunya. Kalo orang Jogja bilang tunggu wayahe mlethik. Tunggu waktunya meletik. Kalo biji itu tunggu waktunya dia matang jadi kulit luarnya itu bisa pecah sendiri dan bijinya terlontar untuk nyari tempat untuk bertumbuh.

    ReplyDelete
  17. Masih banyak peer nih gimana caranya mengedukasi anak dengan baik, belum punya perpustakaan, masih bingung dengan gaya belajar anak yang sulit ditebak, makasih artikelnya ya

    ReplyDelete
  18. PR banget ini. Senang jika orang tua bisa memberikan fasilitas apa yang anak mau tapi yang mendukung bakatnynjuga ya bund tidak memaksakan kehendak orang tua apa yang orang tuanya mau

    ReplyDelete
  19. Kuncinya ada di orang tua sebagai sekolah pertama sekaligus 'rumah' bagi anak-anak ya mba.. makanya sekarang banyak penerimaan sekolah baru yang diwawancara malah ortu-nya, jadi pihak sekolah bisa menyamakan visi dan misi dalam pendidikan anak :)

    ReplyDelete
  20. Mengetahui tentang ilmu parenting seharusnya tidak hanya untuk keluarga inti saja ya mba.. menurut saya keluarga besar juga harus tahu agar dapat menerapkan pemahaman yg sama dalam mendidik & mengembangkan bakat anak .. Trmksh sudah berbagi tulisan bagus ini mba..

    ReplyDelete
  21. Banyak faktor mendukug peran orangtua dalam mengedukasi anak dan menurutku memang itu tak bisa satu sisi doang tapi harus ada kerjasama dari berbagai pihak

    ReplyDelete
  22. Kalimat pembuka tulisan ini nampoool banget Mba. Berasa ditabok, hahaha. Kadang orangtua fokusnya ke anak yang berprestasi. Rela melakukan ini itu demi kemampuan akademis anak yang melesat. Tapi lupa, bahwa alih alih membentuk anak yang sempurna, jauuuh lebih penting membentuk anak yang bahagia.

    ReplyDelete
  23. Iyaa ..
    Kebayang memang mendidik anak menjadi bahagia itu...adalah mendidik diri sendiri (orangtuanya) agar babagia terlebih dahulu.

    Aku suka banget belajar parenting lagi...dan baca tulisan ini, jadi reminder buat semua orangtua.

    ReplyDelete
  24. Aku jadi terinspirasi buat bikin perpustakaan pribadi juga mba Sri
    biar anak jadi ngenal emaknya suka baca, dia pun tertular ya
    banyak yang dibagikan dalam mengedukasi anak yo mba ternyata, makasih ya mba
    aku jadi belajar banyak, untuk memersiapkan diri jadi orang tua yang baik

    ReplyDelete
  25. Iya nih, meskipun udah punya nanny lebih baik tetap orang tua yang mengajarkan anak. Biar boundingnya makin kuat gitu :)

    ReplyDelete
  26. Iyaaaaa setuju mbak, kita gak bisa gtu aja menyerahkan anak ke sekolah, bagaimanapun ortu yang memegang peranan penting yaaa. Makanya aku sampai skrng masih HS anak2ku...
    Kalaupun sekolah tetep kita lah guru utamanya...

    ReplyDelete
  27. Aku dan suami sepakat, ketika mendidik anak-anak harus satu suara. Ketika ada perbadaan pendapat, kami berdua berdiskusi untuk menyamakan visi. Sekarang ini kami berdua sepakat untuk mengutamakan pendidikan agama, akhlak dan budi pekerti, baru pendidikan akademik

    ReplyDelete