Urgensi Membaca dan Menghafal Al Quran (part 2)


Alhamdulillah, melanjutkan postingan sebelumnya bisa baca yaa.. Urgensi Membaca dan Menghafal Al Quran (part 1)

Ibnu Qudamah berkata, "Di antara hambatan untuk memahami Al Quran adalah setan yang mengiringinya pada satu khayalan bahwa dirinya tidak optimal membaca huruf dan tidak sesuai makhrajnya. Akhirnya khayalan inilah yang memalingkannya dari memahami makna-makna Al Quran.

Umar bin Khattab r.a. berkata bahwasannya Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang tidur dan (lupa) menyelesaikan satu hizb Al Quran atau sebagian dari Al Quran lantas ia membacanya antara shalat Fajar dan shalat Dzuhur, niscaya ditulis (pahalanya) seperti ia membacanya di waktu malam.
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan (QS Al Muzammil: 6). 
Ibnu Abbas ra. berkata, "Malam hari adalah waktu yang paling cocok untuk memahami Al Quran." Ibnu Hajar berkata, "Jibril selalu mengajarkan Al Quran kepada Rasulullah saw. setiap malam di bulan Ramadhan. Sedang yang dimaksud dengan tilawah adalah kehadiran hati dan pemahaman. Karena waktu malam adalah waktu yang bersih dari kesibukan dan aktivitas duniawi atau keagamaan."

Ibnu Abi Malikah berkata, "Aku bepergian bersama Ibnu Abbas dari Mekkah ke Madinah. Aku melihat Ibnu Abbas ra. melakukan qiyam setengah malam. Ia membaca Al Quran satu huruf satu huruf. Kemudian ia menangis tersedu sampai ia mendengar nasyij.

Membaca Al Quran dengan pengelompokkan atau target 
Al Quran diturunkan untuk diamalkan. Jalan untuk mengamalkannya adalah menguasai ilmu. Dan ilmu dari Al Quran ini dapat diraih melalui membaca dan mentadaburinya. Semakin sering membaca, maka semakin sering mengulang. Cara inilah yang paling efektif dalam menguak kandungan makna Al Quran.

Disadari inilah, mengapa para salafusshalih begitu bersemangat tilawah dan mengulangnya. Tentu apa yang salafushalih lakukan tidak hanya termotivasi pahala semata. Lebih dari itu, disemangati untuk memahami dan bisa mentadaburi Al Quran.

Membaca Al Quran seperti minum obat. Harus ada dosis secara spesifik. Tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih, agar efeknya dapat dirasakan. ia seperti antibiotik. Bila rentang waktunya terlalu lama, maka pengaruhnya akan berkurang dan melemah. Sebaliknya jika terlalu berdekatan jaraknya, maka akan membahayakan badan. Demikian pula membaca Al Quran. Rentang waktu yang ditetapkan Nabi saw. untuk umatnya yang menginginkan berlimpahnya kebaikan berkisar antara tujuh hari hingga satu bulan. Rasul melarang kurang dari tiga hari. Demikian pula melarang menjauhi Al Quran lebih dari 40 hari.

Salafush shalih mengkhattamkan Al Quran setiap satu kali. Aus bin Hudzaifah At Tsaqafi berkata, "Aku bertanya kepada sahabat Rasulullah saw. "Bagaimana mereka mentazhib Al Quran?" Mereka menjawab, "3, 5, 7, 9, 11, 13 dan hizb al-Mufashal."

Utsman bin Affan ra. sendiri memulai membaca Al Baqarah pada malam Jumat dan mengkhattamkannya pada malam Kamis. Abdullah bin Mas'ud berkata, "Tidak boleh membaca Al Quran kurang dari 3 hari. Bacalah (khattam) dalam 7 hari. Juga hendaknya konsisten dengan hizbnya.

Dianjurkan membaca dengan Hifzhan (Hafalan) 
Perumpamaan penghafal Al Quran dan yang tidak hafal Al Quran seperti dua orang musafir. Musafir pertama bepergian dengan bekal kurma yang bisa ia makan kapan saja, hatta di atas kendaraan. Sedang musafir kedua bepergian dengan berbekal tepung. Tentu saja saat ingin memakannya, ia harus turun dari kendaraannya, mengolah tepung hingga menjadi adonan, menyalakan api, sampai tepung tersebut menjadi roti matang.
Rasulullah saw. dalam hadits riwayat Ibnu Abbas ra. bersabda, "Orang yang di dalamnya tidak memiliki hafalan Al Quran, seperti rumah yang keropos." 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, "Taman dan kebunku terhujam di dadaku. Kemanapun aku pergi, ia selalu bersamaku." Maksudnya adalah Al Quran dan Sunnah yang tertanam dalam jiwa, memperkuat dan menambah keyakinan.
Sahl bin Abdullah berkata kepada salah seorang muridnya, "Apakah kamu hafal Al Quran?" "Tidak" jawabnya. "Duh kasihan bagi mukmin yang tidak hafal Al Quran. Dengan apa ia bergumam? Dengan apa ia berdendang? Dengan apa ia bermunajat kepada Rabb-Nya?"
Abu Abdullah bin Basyr Al Qathan berkata, "Aku tidak pernah melihat orang yang paling kukuh terhadap ayat-ayat Al Quran selain Abu Sahl bin Ziyad. Ia adalah tetanggaku. Rajin shalat malam. Tak pernah berhenti membaca Al Quran, seakan Al Quran terpancar dari dua kelopak matanya. Ia kukuh mengulang-ngulangnya tanpa lelah."

Inilah bukti pengaruh hafalan yang menjadi salah satu kunci mentadaburi Al Quran. Karena ketika ayat-ayat Al Quran semakin terngiang-ngiang dalam hafalan, maka ia akan secara spontan hadir dan dikeluarkan dalam keadaan sesulit apapun yang dialami orang tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Cepat dan langsung. Sebaliknya bila Al Quran hanya sampai pada angan-angan saja, lantas bagaimana kita bisa menerapkan isi Al Quran dalam kehidupan kita?

Diambil dari buku Panduan Tadabur dan Meraih Sukses dengan Al Quran oleh Khalid bin Abdul Karim Al Lahim. 

*
Berikut ada Tata cara Rasulullah saw. belajar Al Quran:
1. Ada guru
2. Ada murid

Cara: talaqqi (tatap muka), ketika belajar tidak ada penundaan, tidak mendahului guru.

Cara menghafal Al Quran: 
1. Niat karena Allah Swt.
2. Azzam yang kuat
3. Menyediakan waktu khusus (1 jam dulu misalnya)
4. Mushafnya harus tetap sama
5. Pusatkan pikiran saat menghafal
6. Cari seorang kawan yang siap menyertai
7. Mengurangi gangguan di sekitar kita
8. Memperbanyak murajaah
9. Jangan merasa sudah hafal
10. Harus merasakan pahala dari Allah Swt.
11. Memperbanyak doa
12. Mengutamakan yang sunnah, meninggalkan yang makruh, menjauhi yang mubah
13. Cukuplah Allah sebagai penolong dan pelindung



#odop7
#bloggermuslimah

2 comments

  1. Mbak juga menghapal? Mau dong jadi partner. Tertampar lagi dengan postingan ini. Sepertiga malam saya belum maksimal. Ops, maaf jadi curhat. Terlalu bersemangat.

    ReplyDelete
  2. Masya Allah semakin semangat menghafal Al-Quran kak..
    Jazakumullah khairan ^^

    ReplyDelete