Menulis Karya Sastra


Penulis penulis besar karena sering beraktivitas membaca dan menulis membuat mereka tidak pikun meski di usia tua. Seperti Taufik Ismail dan Sapardi Djoko Damono.

Dan di dunia sastra dikenal Kritik sastra, kritik sastra diperlukan dengan cara membaca sastra terlebih dahulu dan teori-teori menulis dimasukkan ke dalam kritik sastra sehingga adanya kebaruan.

Maman S. Mahayana dalam acara FLP Jabar

Maman S. Mahayana dalam event Taman Penulis FLP Jabar 1 Juli 2018 mengungkapkan bahwa, "Saat membaca karya sastra, usahakan membaca karya sastra yang TOP sekalian yang memiliki "mahakarya" karena karya sastra bagus tersebut dapat memperkaya bacaan kita, memperkaya style (gaya bahasa) ketika kita akan menulis."

"Pada zaman dulu, zaman pujangga baru banyak para penyair/penulis itu menunggu ilham baru menulis. Sedangkan saat ini untuk menulis itu perlu jalan (baca: riset mencari ilham). Maka waktunya sekarang kita ciptakan jalan ilham itu." ujar dosen yang memegang mata kuliah Penulisan Populer di salah satu kampus di Bandung ini.

Beliau pun menyarankan baca karya Pram. "Baca juga karya Ahmad Tohari terinspirasi dengan Ronggeng dukuh paruk kuat sekali jawanya. Baca karya-karya besar. Tiru perkuat deskripsi. Menulislah sastra dengan meniru mahakarya. Meniru tidak sama dengan copy paste."

"Pada saat menulis 'Perkuat latar' karena hakikatnya semua narasi itu sebenarnya latar." (Maman S. Mahayana)

"Dan kalau ingin mencari ide dalam menulis, di rumah sakit yang tergeletak di kasur itu bisa jadi cerpen." tambah Pak Maman lagi.

Kalau bisa tuliskan suasana pasar dengan perbedaan waktu. Deskripsikan antara pagi, siang dan malam. Jelaskan hotel itu seperti apa, sedangkan beda dengan hotel di Malaysia, Singapur. Jelaskan Menulis sastra yang dibayangan misal stasiun gambir. Kesalahan kecil yang fatal di stasiun gambir tidak ada pedagang asongan.



No comments