Murnikan Aqidah, Mengenal Shalawat sesuai Tuntunan (Tidak Mengandung Kesyirikan)


kajian siroh bandung abu arkan

ustadz abdul wahab lc

Ustadz Abdul Wahab, Lc atau yang dikenal Ustadz Abu Arkan, Lc membuka pemikiran kita bahwa rezeki itu luas dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan jangan menganggap rezeki itu hanya sekadar angka dari gaji, atau berupa materi. Sejatinya rezeki dari Allah. Bahkan rezeki itu pemaknaannya luas, dan yakinilah rezeki itu pasti ada. Jangan gelisah dengan rezeki karena Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya terlantar. 

Dulu, orang Musyrik tidak bermasalah dalam hal ini. Rubuubiyyah-nya bener, bahwa rezeki itu pasti udah ada yang mengatur jadi tidak usah khawatir. Mereka tidak mau mentauhidkan Allah dalam ibadah, makanya mereka disebut Musyrik.

Kalau zaman sekarang ini, ibadah gak bermasalah, tetapi secara rubuubiyyah bermasalah. Ibadahnya benar, tapi konsep rezeki ini masih ragu-ragu dan terkadang masih tidak yakin apakah rezeki itu ada?

Tidak ada alasan bagi kita untuk mempermasalahkan rezeki, karena kita harus meyakini kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala itu "Ar Rozzaq" dengan berbagai macam dalil dan masyaAllah Allah menjamin rezeki kita dan Allah tidak akan membiarkan kita. 

Yang menjadi perhatian kita tercantum dalam QS. Al Qiyamah ayat 30-40, Darimana kita berasal? Untuk apa kita? Kemana kita pergi? .... Allah menciptakan Yaumul Akhir sebagai visi akhir kita.

Allah tidak akan menghentikan rezeki kita sampai kita meninggal.

Tidak Menyekutukan Allah dengan suatu apapun 

Allah tidak akan Ridha jika seseorang menyekutukannya dengan sesuatu apapun walaupun dengan Malaikat yang dekat, dan Nabi yang diutus.

Seolah kalau bertawasul dengan Malaikat dan Rasul, Allah ridha? Tidak. Padahal Allah tidak ridha menyekutukannya dengan sesuatu apapun.

Dan Rasul sebelum wafat, beliau mengatakan, “Laknat Allah kepada orang-orang Yahudi, juga kepada orang-orang Nasrani yang telah menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah.”

Rasulullah tidak mau kuburannya itu dijadikan tempat ibadah, atau menjadikan Rasulullah sebagai perantara. Banyak kan mohon maaf shalawat yang beredar di masyarakat mohon maaf ini kebanyakannya shalawat-shalawat Musyrik. Kenapa? Menjadikan Rasulullah perantara dan Allah tidak ridha.

Kita perjelas satu-satu. Kemudian Ustadz Abdul Wahab Lc. menceritakan juga perihal dirinya terdahulu yang ternyata hafal juga shalawat-shalawat dan hafal di luar kepala. Namun, yang menjadi catatan adalah shalawat ada yang menumpukan pertolongan seolah-olah kepada Nabi Muhammad, padahal sejatinya meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Tentu Rasulullah pun tak ingin jika shalawat yang disenandungkan adalah shalawat yang mengandung kemusyrikan. 

Ketika turun ayat dalam QS Al Ahzab ayat 56, dikatakan bahwa, "Innallaha wa malaaikatu yusholluuna alan Nabiy. Yaaa Ayyuhalladziina aamanu shollu ‘alaihimu tasliima." Yang artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya senantiasa memberi shalawat atas Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berilah shalawat atasnya dan ucapkanlah salam penghormatan (kepadanya).” [Qs. Al-Ahzab (33) ayat 56]

Wahai orang yang beriman, bershalawatlah dan salam kepada Nabi. Rasul, karena ini perintah dari Allah ini nilainya ibadah.

Para sahabat Abu Bakar as Shiddiq, Umar sehari-hari memakai bahasa Arab. Mereka ketika diperintahkan bershalawat pun bertanya kepada Rasulullah. Bab shalawat pun para sahabat bertanya kepada Rasulullah. “Bagaimana kami bershalawat kepadamu, Ya Rasulullah?” saking mereka tidak mau sok tahu tentang ibadah sampai bertanya.

Sampai dikenal istilah shalawat yang Ibrahimiyah. Nah itu shalawat, ibadah dituntun oleh Rasulullah. Shalawat ini yang sejatinya bisa dipakai dalam sehari-hari. 

Sholawat Ibrahimiyah Tulisan Latin

Allahumma shalli 'alaa Muhammad. Wa'ala Aali Muhammadin kamaa shallaita 'alaa Ibrahim wa'alaa aali ibrahim wa baarik 'alaa Muhammadin kama baarakta 'alaa ibraahim. Wa 'alaa ali ibrahim. Fil 'aalamiina innaka hamiidun majid. 

Arti Shalawat Ibrahimiyah

 "Ya Allah, berilah kasih sayang kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberi kasih sayang-Mu kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan berkatilah kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberkati junjungan kami Nabi Ibrahim dan keluarganya di antara makhluk makhlukmu, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia".

Dengan tegas Ustadz yang pernah menempuh kuliah di Yaman ini mengatakan bahwa, "Shalawat-shalawat yang beredar di masyarakat ini tentunya ini tidak bisa diyakini sebagai ibadah karena sifat ibadah itu adalah taukifiyah, ada ketetapan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam." 

Dan Syekh Abdul Karim Zaidan di dalam Ussulud Dakwah-nya beliau menyampaikan karakteristik Islam salah satu kemuliaan Islam itu mulia karena ada contoh dan ketetapannya, sampai ke urusan shalawat. Maka shalawat-shalawat yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah ini tidak bisa diyakini ibadah. 

Di redaksinya: “Kalau tidak ada contoh dari Rasul, maka sebaiknya merasa cukup dengan apa yang dicontohkan Rasulullah.”

Meyakini sesuatu yang tidak dicontohkan (Rasulullah) bagian dari ibadah, itu adalah sejatinya kemaksiatan.

Lalu Ustadz Abu Arkan ini menyayangkan jika kita mengerjakan sesuatu, namun tidak dicontohkan. Ustadz mempersilakan, asal jangan diyakini sebagai ibadah. Namun lagi-lagi sebuah perenungan yang bisa kita pikirkan, apa lebih baik mengerjakan yang jelas-jelas ibadah saja. 

Maka shalawat:

  1. Jangan diyakini ibadah
  2. Tidak mengandung kemusyrikan

Kalau syarat 2 ini tidak terpenuhi, maka harus ditinggalkan.


ustadz abdul wahab bersama syekh ali jaber

tauhid al asma wa sifat

 

"Syekh Abdul Karim Zaidan mulianya Islam karena sumbernya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak terkontaminasi MAKHLUK." Jika kita bershalawat maka kita harus tahu apa yang dibaca dan artinya jangan sampai salah makna. Tidak mungkin Rasulullah yang menyembuhkan, tapi Allah Swt. yang Menyembuhkan. Jadi disini tentu ALLAH tidak suka disekutukan dengan apapun hatta Malaikat dan Rasulullah yang merupakan utusan Allah.

Orang Yahudi punya Taurat diutak-atik. Syariat Kitab Taurat diotak-atik lalu tersesat. Nasrani, Injil diotak-atik, dengan dalih ini kan baik akhirnya tersesat jauh. 

Ustadz Abdul Wahab, Lc yang pernah menjadi Pembina Majalah Bilal ini pun memberi analogi, "Coba motor yang keluar dari dealer dengan "standar" kemudian dimodifikasi, kira-kira pabrik motor seneng gak kalau di modif? Perusahaan motor tidak senang jika produknya dimodif. Malah garansi hilang. Jalan juga jadi gak standard, dan naudzubillah potensi kecelakaan."

Mending orang Yahudi dan Nasrani, mereka ibadah di kuburan para Nabi. Kalau sekarang Indonesia mohon maaf bukan menyepelekan Wali. Tapi kalau sampai berziarah dan menganggap itu akan melahirkan manfaat dan mudharat. Naudzubillah. Itu Musyrik, Syirik! 

Kemudian penulis pun jadi teringat dengan Boneka Arwah yang ramai diperbincangkan saat ini, kalau membeli itu dan berharap manfaat dan menganggap akan melahirkan manfaatt maupun mudharat, maka itu syirik. 

*

Ustadz Abdul Wahab atau Abu Arkaan, Lc saat ini beraktivitas sebagai PJ Syar'i Akademi Siroh Bandung, Dosen AKSI, dan pengisi Kajian Siroh MQ FM pun bercerita, "Terkadang orang ingin instan menjadi orang kaya, naik ke gunung yang belum dijamah, lalu antum bikin saung. Kemudian menaikkan batu nisan disana, disembah-sembah, itu seminggu dua minggu bakal ada yang ngikutin." Hi ... NAUDZUBILLAH. "Bisa rame antum jadi kuncennya." Celetuk Ustadznya. 

Kemudian suami dari Aisyah Saefudin ini juga menceritakan bahwa di Karawang ada kuburan kuda, tapi ramai luar biasa. "Tapi untuk apa? Hindari hal-hal berbau syirik."

Di Tasik Pamijahan di dekat rumah orang tua Ustadz mengatakan kalau ada tetangga desa mampir ke warung Ayahnya, mempertanyakan mengapa warungnya tidak maju-maju. 

Dan dia berbangga diri menceritakan bahwa dulunya warungnya juga sepi sampai 2 minggu ngadawamkeun (bahasanya ngadawamkeun hadeuh ...) dua minggu sakali ke Pamijahan. Alhamdulillah dagangan jadi maju. Jadi gede. 

Jadi seolah-olah ada manfaat disitu ketika datang ke kuburan? Laa haul awa laa quwwata illabillah. Minta mah ka ALLAH.

Dan orang yang datang ke kuburan itu ditanya, Naha atuh minta ka kuburan? dan dijawab, "Lewat perantaraan orang yang dikubur ...." Nah itu yang disebut Musyrik. Menyekutukan ALLAH, tapi juga yakin kepada makhluk Allah yang bisa memberikan manfaat disitu dan bisa menolak mudharat. 

ALLAH gak ridha! Dan sekarang banyak model-model kayak gini. 

Ustadz pun pernah ikut rombongan ziarah Wali Songo bukan karena ingin tahu, tapi karena penasaran, pengen tau kuburan teh gimana aja. Destinasi pertama ke Gunung Jati, Cirebon. "Meratapnya ke pintu kuburannya tuh lebih-lebih ke Ka’bah. Sampai hampir roboh itu pintu. Kata temen Ustadz udah diganti. Gak tau fenomena apa kayak gitu." 

Beranjak ke Kudus, ke Demak masya Allah bawa bunga ke kuburan. Dan ada calo iseng mengumpulkan bunga-bunga peziarah dan dikumpulkan, dikasih ke Ibunya kemudian dicampur dan mungkin dijual lagi. 

Sunan Giri ramai ketika malam Jumat Legi, dan itu menyandarkan seolah-olah maju dunianya itu karena mendawamkan. Padahal laa haula walaa quwwata illa billah. 

Kira-kira orang kafir gitu gak? Mereka banyak dunianya. Di perempatan juga banyak kalau mau mah, butuh dana segar? 

Allah tidak mengampuni orang yang mati dalam keadaan Musyrik 

Dalam QS Al Jinn ayat 18 dikatakan bahwa Sesungguhnya Masjid milik Allah. Kita tidak layak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Apapun bentuk menyekutukannya. 

Menyekutukan Allah amal baiknya akan gugur. Allah tidak akan mengampuni orang yang mati dalam keadaan musyruk dan Allah haramkan Surga baginya. Semoga kita terhindar darinya. Aamiin. 

Kepercayaan yang bisa memberi manfaat atau mudharat misal punya batu akik, keris, sabuk yang ada isim-nya, maka gugur semua amalnya. Yuk murnikah aqidah kita dan bertobat kepada Allah. Wallahu'alam.

Saat ini Ustadz Abdul Wahab juga diamanahi sebagai Kepala Sekolah Kuttab Al Fatih Purwakarta.

Baca juga: Mengenal Sekolah Kuttab Al Fatih 

Semoga kita mendapat pencerahan dari materi tauhid dan dapat menjauhi hal-hal yang tidak disukai Allah. Jangan juga mengikuti hal yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Untuk tahu update beliau bisa dilihat di instagram beliau akun: @andifarky. Menyebarkan ilmu dan menyebarkan dakwah kepada ummat meluruskan aqidah adalah hal yang dapat kita lakukan bersama. Semoga bermanfaat. [] 

No comments