STOP BELI BUKU BAJAKAN!

Foto zaman kuliah 4 juni 2010

Teringat sekitar 10 tahun yang lalu, ketika masih duduk sebagai mahasiswa, saya membeli buku di Palasari, berangkat dari Dipati Ukur dengan memakai angkutan umum.

Saya ingat teman saya merekomendasikan kesana karena banyak buku-buku perkuliahan yang bisa menjadi rujukan. Dan saya  tidak pesimis juga ada yang menjual buku bajakan. Kemudian saya beli beberapa.

Saat sampai rumah, dan setelah berbulan-bulan kemudian perasaan saya tersiksa karena saya merasa ada feeling buku di tempat saya beli di Palasari tersebut juga menjual buku-buku fotokopian alias bajakan.

Beberapa yang saya dapatkan kertas buram, posisi tulisan tidak benar dan tidak enak dipandang mata. Pantas saja jadi berpengaruh ke minat baca saya terhadap buku tersebut.

Saya lupa lagi buku apa, tapi memang itu buku kuliahan tentang ilmu pendidikan dulu yang saya ambil di UPI. Kalau saya tahu ciri-ciri buku itu bajakan tentu saya gak akan beli!

*

Membajak buku berbeda halnya dengan music atau film. Jika artis masih bisa mengandalkan dari bisa menghidupi artis sedikit banyak, berbeda halnya dengan buku. Industri buku berarti ada penerbit dan penulisnya. Saat suatu buku dibajak, maka itu akan merugikan bukan hanya penulis yang setiap tahun nilai royaltinya juga berkurang, tetapi juga akan berefek pada penerbitan itu sendiri.

Dalam setiap buku yang dicetak, kualitas kertasnya pun diperhitungkan. Selain itu biasanya di cover ada yang timbul huruf di bagian judul, dan logo penerbit, juga ada biaya pajak buku. Ketika ada pembajakan buku, tentu pertumbuhan penerbitan bisa jadi suram karena tergerus pembajakan buku.

Saya pernah bekerja di perusahaan penerbitan selama kurun waktu 3 tahun. Dalam masa 3 tahun itu saya melihat fokus penerbit yang saya bekerja di dalamnya sudah mulai tidak fokus besar-besaran mencetak buku print on demand. Saya pun berfikir amat mungkin itu terjadi karena orang-orang sudah beralih ke digital, biaya produksi buku mahal seringkali tak senilai dengan penjualan di masyarakat yang cenderung lesu. Jadi penerbit ingin mencetak buku yang sudah jelas laku saja.

Terlebih potensi pembajakan buku yang membuat gigit jari penerbitan, sehingga penting memutar otak agar pembeli tidak tergoda membeli yang bajakan.


Membeli buku lewat website resmi


Saat ini banyak e-commerce yang menjual buku-buku secara online. Seringkali kalau tidak teliti, bisa jadi harga murah di online shop itu bajakan! Masih mending atau masih wajar kalau harga murah memang karena barangnya itu bekas. Tapi kalau bajakan? Lebih baik nggak.

Saya pernah beli buku lewat e-commerce karena saya belum tau beli dimana buku motivator yang ingin saya beli. Saya cari dan saya pastikan dulu bukunya itu asli. Alhamdulillah saat sampai bukunya ada bagian timbul di bagian judul dan logo penerbit.

Saya lebih sering membeli buku lewat website resmi seperti Mizan Store.

Baca juga: Puas Berbelanja di Toko Buku Online Mizan Store


Selain harganya sering diskon, juga sudah jelas puas pelayanannya, dan tidak usah khawatir bukunya bajakan karena pasti resmi bukunya bagus. Terakhir saya beli buku Ustadz Handy Bonny, terjadi 2 kali pengiriman. Saya pun mengembalikan, nanti akan dikirim biaya adminnya.

Baca juga: Ustadz Handy Bonny, Memotivasi Remaja Dakwah on The Road

Jadi Mizan ini termasuk corong yang bisa menjadi panutan dan bisa diikuti oleh penerbit-penerbit lain. Selain memudahkan untuk akses ke penerbit, pembayaran, pembelian lebih mudah, tidak perlu ke toko buku sudah sampe.

Pembajakan buku ini mesti ada payung hukum yang tegas. Di Indonesia sendiri ada yang menaungi tentang pembajakan buku. Denda dan bentuk pelanggaran tersebut diatur didalam pasal 72 Undang-Undang Hak Cipta No 19 Tahun 2002 yang isi selengkapnya sebagai berikut :

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat(1) dan ayat (2) di pidana dengan pidana penjara masing masing paling singkat (sattu) bulan dan atau denda paling seiikit Rp 1000.000 (satu juta rupiah ) Atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5000.000.000 (lima milyar rupiah).

Ruginya membeli buku bajakan

  1. Kertas di buku bajakan berbeda dengan buku ORI. Di buku bajakan, kertasnya seperti HVS putih atau bahkan ada juga kertas yang digunakan buku bajakan adalah kertas buram.
  2. Posisi tulisan tidak benar, kadang miring, kadang ada yang terlipat, pokoknya kalau di penerbitan itu gak layak dijual karena harus melewati QC dulu. 
  3. Berpengaruh ke minat baca. Jadi malas baca buku tersebut padahal udah murah harganya, tapi gak berkah, karena haram. Selain itu karena kualitas kertas, dan lain-lain cenderung asal, jadinya malah bikin bad mood baca. Masih mending buku novel, ini buku pelajaran! Makin gak produktif jadinya bukan?!


Solusi menghindari buku bajakan

Kalau kita sudah tahu buku bajakan dan belinya buku ORI. Jika semua orang melakukan hal tersebut maka dengan sendirinya industri buku bajakan akan tergerus sendiri.

  1. Membeli buku asli lewat website resmi penerbit. Hal ini meminimalisir kita sebagai korban dari buku bajakan karena banyak juga penjual yang menjual di e-commerce. So, mending beli di website resminya.
  2. Jika membeli di toko buku, jangan terkecoh dengan isi buku. Lihat dengan seksama buku terkenal pun bisa jadi potensi diperbanyak bukunya. 
  3. Biasanya buku ORI ada timbul di bagian judul dan di logo. Tapi tidak semua juga. Namun itu bisa jadi patokan karena buku bajakan biasanya itu ambil untung besar, cenderung asal, dan sembrono.
  4. Buku bajakan biasanya lebih tebal dibandingkan buku aslinya karena kertas yang digunakan buku bajakan biasanya HVS, sedangkan buku asli itu kertasnya bagus, cenderung agak halus, juga melewati QC dulu.
  5. Harga terlalu murah dari harga pasaran atau harga sama tapi ternyata bajakan. Waspada! Kita nanti yang rugi.
  6. Stop membeli buku bajakan! Karena menzalimi industri buku (penerbit dan penulis). Mata rantainya harga buku harus ada biaya pajak buku, pembelian buku ISBN, membayar royalti penulis, biaya cetak, fee penulis, dan lain-lain. 

Mulai sekarang yuk budayakan membeli buku ORI atau buku asli!

*Tulisan ini diikutkan dalam blog competition Mizan


24 comments

  1. Jaman kuliah ada temen yang nawarin buku mata kuliah yang bersangkutan dengan harga yang miring banget, karena tergiur jadilah ikutan beli. Ternyata pas sampai dan liat kondisinya itu buku bajakan :'( . baru dipake sebentar kertasnya udah lepas lepas. dan akhirnya dari situ Ujame belinya buku ori, walaupun harganya lebih mahal tapi kualitasnya lebih okee dan lebih nyaman juga baca nyaaa.

    ReplyDelete
  2. Bener banget Mbak kita sebagai blogger (sekaligus banyak yg jadi penulis) harus mendukung boikot buku bajakan. Seandainya kita jadi penulis dan bukunya dibajak, pasti tidak mau kan?

    ReplyDelete
  3. Buku bajakan sama aja membunuh penulis ya. Apalagi sekarang minat baca buku kian turun

    ReplyDelete
  4. Saya mendingan beli buku bekas, tetapi asli deh. Kalau buku bajakan enggak banget buat saya. Sebagai blogger aja saya suka kesel kalau tulisan dicopas. Apalagi buku yang dibajak, ya

    ReplyDelete
  5. Buku bajakan memang banyak ruginya saya pernah dulu beli buku bajakan, lembarnya tipis kayak fotokopi , trus halamannya gak lengkap,nyesel banget jadinya

    ReplyDelete
  6. Yang saya heran, di pameran2 buku sering ada buku2 baru yg harganya tidak masuk akal saking murahnya. Apakah itu bajakan juga ya? Kalau iya, kok bisa legal begitu?

    ReplyDelete
  7. Saya juga nggak setuju dengan adanya buku bajakan. Tega banget lah pokoknya, karena tahu susahnya menulis buku dan seenaknya aja dibajak. Hikss

    ReplyDelete
  8. Gimana ya mbak, mengenai buku bajakan ini juga kontradiktif ya. Untuk menengah keatas mungkin tidak masalah namun untuk yang kebawah agak sulit karena menumbuhkan minat baca dikalangan mereka saja masih cukup sulit. Memang bukan berarti membenarkan tapi juga harus dicarikan solusinya.

    ReplyDelete
  9. Yg suka beli buku bajakan semoga segera bertobat. Aku nulis buku, jadi ngerti susah payahnya. Apalagi bapakku yg untuk nyusun kamus perlu 5 tahun kerja dg jadwal seminggu 6 hari, tiap hari 8 jam. Enggak bikin kaya juga. Jangan mendzolimi orang2 seperti kami.

    ReplyDelete
  10. Aku termasuk orang yang gabung di komunitas menulis gt mba, setiap saat selalu ditekankan untuk ga beli buku bajakan, dan miris juga ketika banyak temen yang share novel dalam bentuk pdf, itu kan termasuk pembajakan (tidak semua memang tapi kebanyakan besar di indonesia seperti itu) , hhuu sedih pokoknya

    ReplyDelete
  11. Emang sedih ya liatnya saat ini banyak yang serba bajakan mulai dari CD, buku hingga kosmetik juga banyak. Untuk buku ya itu tadi kasian penulisnya.

    ReplyDelete
  12. Sepakat, harus lebih teliti lagi saat membeli buku ya, mba.
    Membeli buku oroginil berarti ikut menghargai karya dan proses produksinya.

    ReplyDelete
  13. Jujur aku baru tahu ada buku bajakan lho mba. Berarti kalau beli di online gitu harus hati2 yaa..
    Selama ini sih aku belinya di toko buku, web penerbit atau ig penulis, tapi beberapa kali pengen beli yg di ecdommerce gitu karena kan harganya beda tuh.

    ReplyDelete
  14. Duh sedih akutuh kalo masih ada aja orang yang beli buku bajakan, seperti ngga menghargai karya orang lain banget sih.. padahal harga buku original juga ngga mahal ya mbak.. dan apa untungnya juga beli buku bajakan huhu.. semoga tulisan ini bisa menyadarkan banyak orang untuk stop bei buku bajakan ya mbak

    ReplyDelete
  15. Kalau di Gramedia itu pasti asli gak mbak? soalnya aku selalu beli buku di sana biasanya gak pernah beli di toko buku kecil-kecil

    ReplyDelete
  16. Kadang pembaca asal bisa baca aja sih ya..ga peduli bajakan atau bukan..padahal mah ga blh ya kayak gitu ..merugikan org lain soalnya..terutama penuis n penerbit.

    ReplyDelete
  17. Dulu masih kuliah aku salah satu yang senang beli buku bajakan di kampus mbak haha. Tapi setelah menulis dan susahnya membuat karya makanya udah berhenti beli buku bajakan.

    ReplyDelete
  18. Memang seharusnya kita membeli buku ORI ya mbak yang resmi. Dan memang benar kalau kita beli buku bajakan, minta bacanya makin menurun, meski harganya lebih murah.

    ReplyDelete
  19. Saya juga dulu pernah punya pengalaman, gak sengaja beli buku bajakan (di Palasari juga). Novel tepatnya. Begitu tau, kok jadi males bacanya. Karena memang beda sekali dengan yang asli

    ReplyDelete
  20. Kasian penulis kalau pada belinya bajakan. Udah harga buku juga nhhak mahal2 amat, org2 masih fotocopy terus aja. :(

    ReplyDelete
  21. Tos kita mba, sebel kalo liat yang masih beli baajakan
    apalagi mereka yang nggak nulis eh, ngaku2 tulisan kita milik dia lebih sebel lagi
    moga semakin berkurang ya pembeli dan pemasok buku bajakan ini

    ReplyDelete
  22. Saya juga paling nggak suka beli buku bajakan karena kualitasnya yang buruk apalagi memang nggak baik ya kalau kita belinya buku yang bajakan mending beli yang original langsung.

    ReplyDelete
  23. Waktu kuliah aku jarang beli buku mba. Ya karena menghindari beli buku bajakan itu. Lebih milih pinjam di perpus. Tapi skrg sih kalau ada uang ya langsung beli. Karena buku juga investasi menurutku hehe

    ReplyDelete
  24. Kita harus hargai karya para penulis yaa mba.. ngg boleh beli buku bajakaan. Lebih baik menabung

    ReplyDelete